Memahami Konsep Kesulitan Belajar Dan Cara-Cara Mengatasinya




MEMAHAMI KONSEP KESULITAN BELAJAR SISWA DAN CARA-CARA MENGATASINYA
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Khotimatus Sholikhah, M.Pd.I

 

OLEH :
NADHIFATUL KHOIRI      (15051024)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ‘ULUM (UNISDA) LAMONGAN
TAHUN 2018



KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan  makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini berjudulMemahami Konsep Kesulitan Belajar Siswa dan Cara-Cara Mengatasinya”.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karena beliau adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari kiamat. Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu dosen pengampu mata kuliah Psikologi Belajar, yang telah membimbing kami, dan  kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan  ini hingga selesai.
Kami mohon ma’af yang sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan didalamnya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca.



Lamongan, 01 Desember 2018

Tim penulis



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Kesulitan belajar sangat diperlukan karena dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya penggunaan istilah tersebut secara kliru. Banyak orang, termasuk sebagian besar para guru, tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar dengan tunagrahita. Tanpa memahami hakikat kesulitan belajar, akan sulit pula menentukan jumlah anak kesulitan belajar sehingga pada gilirannya juga sulit untuk membuat kebijakan pendidikan bagi mereka. Dengan memahami hakikat kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasi mereka dapat ditentukan dan strategi penanggulangan yang efektif dan efisien dapat dicari. Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami karena dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan usaha-usaha preventif maupun kuratif. Oleh karena itu, para calon guru bagi anak berkesulitan belajar perlu lebih dahulu memahami hakikat kesulitan belajar sebelum melakukan pengajian yang lebih mendalam tentang pendidikan mereka.
B.       Rumusan Masalah
1.    Bagaimana Hakikat Kesulitan Belajar?
2.    Bagaimana Menganalisa Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar?
3.    Bagaimana Diaknosis Kesulitan Belajar?
4.    Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar?
C.      Tujuan
1.    Mengetahui Hakikat Kesulitan Belajar.
2.    Mengetahui Bagaimana Menganalisa Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar.
3.    Mengetahui Diaknosis Kesulitan Belajar.
4.    Mengetahui Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar.



BAB II
PEMBAHASAN
1.         Hakikat Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dalam kenyataan sehari-hari tanpak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainya.
Nana Sudjana mengatakan “belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu”.[1]
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umunya di tunjukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa-siswa yang berkategori “di luar rata-rata” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbulah apa yang disebut kesulitan belajar(learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata (normal) disebabkan oleh factor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan[2].

2.         Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnyakelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besaar factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam[3].
1.        Factor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.
2.        Factor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Kedua factor ini meliputi anaeka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini:
a.        Fator intern siswa
Factor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan pesiko-fisik siswa, yakni:
1.        Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/inteligensi siswa; Intelegensi atau kecerdasan seseorang sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang siswa, karena seseorang dengan intelegensi lebih rendah akan lebih sulit menerima pelajaran daripada siswa yang berintelejensi tinggi.[4]
Menurut penulis, seorang guru harus melakukan diagnosis terhadap muridnya melalui pre-test maupun tes intelgensi sebelum memulai kegiatan belajar mengajar. Dengan ini, guru akan mengetahui yang manakah siswa yang mengalami kesulitan belajar disebabkan intelegensi rendah. Dan dengan ini pula, seseorang yang mempunyai intelegensi rendah harus mendapat waktu lebih untuk mengulang dan memahami pelajarannya di sekolah. Ataupun, seorang guru dapat menyampaikan masalah ini kepada orangtua murid sehingga orangtua murid bisa meninjau lebih dalam belajar siswa tersebut di rumah atau memanggil guru privat atau les.
Selain itu, untuk memudahkan guru dalam mengajar, maka seorang guru dapat membagi murid kedalam kelas-kelas. Mulai dari kelas yang mempunyai intelegensi tinggi hingga kelas yang mempunyai intelegensi rendah. Di Inggris, terdapat proses-proses formal untuk menerima dan mendukung anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Lalu mereka menggolongkan mereka sesuai sifat, keseriusan dan kebutuhan mereka.                                                   
2.        Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap; Menurut penulis, kesulitan belajar yang seperti ini merupakan kesulitan belajar yang bersifat sementara. Tetapi, seseorang dengan mood yang buruk akan kesusahan untuk belajar. Dan seorang guru dapat melakukan pendekatan terhadap anak yang mengalami kesulitan belajar seperti ini.
3.        Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga). Alat indera terpenting untuk belajar di sekolah ialah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka kesan yang diperoleh seorang anak dari dunia luar akan menyimpang bahkan tidak memperolehnya.
Oleh karena itu, bila menilai pengetahuan atau kemampuan seorang siswa, kita menemui penyimpangan atau ternyata hasilnya jauh lebih kurang daripada apa yang kita harapkan. Maka seorang guru dapat mendiagnosa bahwa kesalahan tersebut terletak pada alat-alat inderanya. Jadi, kita hendaklah mengecek mata dan telinganya untuk mengetahui apakah organ-organ itu perlu diperbaiki agar ia dapat belajar.[5]
b.        Factor ekstern siswa
Factor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Factor ini dapat dibagi tiga macam.
1)        Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah ddengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2)        Lingkungana perkampungan/ masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
3)        Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi yang letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain factor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula factor-faktor yang menimbulkan kesultan belajar siswa. Diantara factor-faktor ynag dapat dipandang sebagai factor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom (syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
1)        Disleksia (dysleaxia), yakni tidak mampuan belajar membaca.
2)        Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3)        Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Akan tetapi siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki ptensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karnanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak.[6]

3.        Diaknosis Kesulitan Belajar

Sebelum menetapkan alternative pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sagat dianjurkan untuk terlebih dahulu melakukan identifikasi (upaya mengenali gejala dengan cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut. Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan “jenis penyakit” yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedr yang terdiri dari atas langkah-langkah tertentu yang diorentasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang dialami siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostic” kesulitan belajar.
Banyak langkah-langkah diagnostic yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut.
1.        Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
2.        Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajr.
3.        Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
4.        Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikatkesulitan belajar yang dialami siswa.
5.        Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

Secara umum, langkah-langkah tersebut dapat dilakukan dengan mudah oleh guru kecuali langkah ke-5 (tes IQ). Untuk keperluan tes IQ, guru dan orangtua siswa dapat berhubungan dengan klinik psikologi. Dalam hal ini, yang sangat perlu dicatat adalah apabila siswa yang mengalami kesulitan belajar itu ber-IQ jauh dibawah normal (tunagrahita), orangtua hendaknya mengirimkan siswa tersebut kelembaga pendidikan khusus anak-anak tuna grahita (sekolah luar biasa), karena lembaga/sekolah biasa tida menyediakan tenaga pendidik dan kemudahan belajar khusus untuk anak-anak abnormal. Selanjutnya, para siswa yang nyata-nyata menunjukan misbehavior berat seperti perilaku agresif yang berpotensi antisosial atau kecanduan narkotika, harus diperlakukan secara khusus pula, umpamanya dimasukkan ke lembaga pemasyarakatan anak-anak atau ke “psantren” khusus pecandu narkotika.
Adapun untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pengidap sindrom disleksia, disgrafia, dan diskalkulia sebagaimana yang telah penyusun uraikan dimuka, guru dan orantua sangat dianjurkan untuk memanfaatkan support teacher (guru pendukung). Guru khusus ini biasanya bertugas menangani para siswa pengidap sinrom-sindrom tadi disamping melakukan remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Sayangnya di sekolah-sekolah kita, tidak seperti di kebanyakan sekolah negara-negara maju, belum menyediakan guru-guru pendukung. Namun, untuk mengatasi kesulitan karena tidak adanya support teachers itu orangtua siswa dapat berhubungan dengan biro konsultasi psikologi dan pendidikan yang biasanya terdapat pada fakultas psikologi dan fakultas keguruan yang terkemuka di kota-kota besar tertentu.

4.        Bagaimana Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut.
1.        Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antarbagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2.        Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3.        Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.[7]
Melaksanakan program perbaikan:
a.         Menganalisis hasil diagnosis
Langkah ini merupakan langkah analisis dari identifikasi hakekat dan luasnya dari pada kesulitan belajar yang dihadapi oleh murid.[8] Dari sinilah dapat diketahui dengan pasti jenis kesulitan khusus yang dialami oleh siswa. Contoh: adu mengalami kesulitan khusus dalam memahami konsep kata “polisemi”. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjuk kata yang memiliki dua makna atau lebih. Kata “naik” umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase seperti: naik daun, naik darah, naik banding, dan sebagainya.
b.         Menentukan kecakapan bidang bermasalah
Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menemukan bidang kecakapan tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam.
1.   Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
2.   Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan batuan orang tua.
3. Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua.
Bidang kecakapan yang tidak dapat ditangani atau terlalu sulit untuk ditangani baik oleh guru maupun orangtua dapat bersumber dari kasus-kasus tunagrahita (lemah mental) dan kecanduan narkotika. Mereka yang termasuk dalam lingkup dua macam kasus yang bermasalah berat ini dipandang tidak berketerampilan (unskilled people). Oleh karenanya, para siswa yang mengalami kedua masalah kesulitan belajar yang berat tersebut tidak hanya memerlukan pendidikan khusus, tetapi juga memerlukan perawatan khusus.
Kembali ke soal Badu. Ternyata, dari hasil diagnosis diketahui bahwa ia belum memiliki kecakapan memahami konteks kalimat, khususnya kalimat-kalimat yang mengandung elemen polisemi. Akibatnya, sebuah kata polisemi yang aslinya “X” dalam sebuah konteks kalimat dia pahami sebagai “X” juga dlam konteks kalimat yang lain.
c.          Menyusun program perbaikan


Dalam hal menyusun program pengjaran perbaikan (remedial teaching) sebelumnya guru perlu menetapkanhal-hal sebagai berikut,
1.      Tujuan pengajaran remedial
2.      Materi pengajaran remedial
3.      Metode pengajaran remedial
4.      Alokasi waktu pengjaran remedial
5.      Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial
d.    Melaksanakan program perbaikan
Kapan dan dimana program pengajaran remedial yang telah dirancang itu dapat dilaksanakan? Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa yang memerlukan bantuan memusatkan perhatiannya terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru pembimbing kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di sekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.
Selanjutnya, untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan untuk mempertimbangkan penggunaan model-model pengajaran tertentu yang dianggap sesuai sebagai alternatif lain atau pendukung cara memcahakan masalah kesulitan belajar siswa.



BAB III
PENUTUP
a.      Kesimpulan
Kesulitan belajar data diketahui dari menurunya kinerja akademik dan muncunya misbehavior siswa, baik yang berkapasitas tinggi maupun yang berkapasitas rendah, karena factor intern siswa dan ekstern siswa. Diagnosis juga merupakan upaya identifikasi fenomenena yang menunjukkan adanya kesulitan belajar siswa, sedangkan diagnostic berarti langkah-langkah procedural dalam rangka diagnosis (penentuan jenis penyakit/kesulitan belajar). Langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar terdiri atas, analisis hasil diagnosis, identifikasi kecakapan yang perlu perbaikan, dan penyusun programremidial teaching.
b.      Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat penulis susun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Balai Pustaka, 1987.
Sutrisno Ahmad dkk, Psikologi Pendidikan, Untuk Siswa Kelas 6 KMI, Ponorogo: Darussalam Press, 2004.
Koestoer Partowisastro dkk, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta: Erlangga, 1986



[1] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Balai Pustaka, hal 28.
[2] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hal 172.
[3] Ibid, hlm 173.
[4] Sutrisno Ahmad dkk, Psikologi Pendidikan, Ponorogo: Darussalam Press, Hal: 82.                         
[5] Koestoer Partowisastro dkk, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta: Erlangga, hal: 107
[6] Lask, 1985: Raber, 1988 dalam buku Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, hlm 174.
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya,2013, Hal : 173
[8] Koestoer Partowisastro dkk, Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jakarta, Erlangga, hal: 35

Komentar

  1. Betway Casino Hotel Near Pittsburgh, PA - Mapyro
    Find 서귀포 출장안마 the cheapest and quickest 이천 출장마사지 way to get Betway Casino Hotel Near 서울특별 출장안마 Pittsburgh, 과천 출장안마 PA in real-time and see activity. 24/7 customer support. 서산 출장안마

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Ilmu

Pemikiran Kalam Ulama Modern

Konteks Pendidikan Luar Sekolah