Pengembangan Pemikiran
PENGEMBANGAN
PEMIKIRAN
MAKALAH
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits
Tarbawi
Dosen Pengampu: Mahbub Junaidi,
M. Pd. I
Oleh:
NADHIFATUL KHOIRI (15051024)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM DARUL ‘ULUM LAMONGAN
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan terima
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami ucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini, dan kami persembahkan makalah ini kepada :
1. Bapak Mahbub Junaidi selaku Dosen Mata Kuliah yang telah membimbing dan
memberi arahan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
2.
Kepada rekan-rekan yang tidak dapat kami
sebutkan dan telah membantu kami sehingga tersusunnya Makalah ini.
Semoga bantuan arahan dan bimbingan yang
diberikan kepada kami tercatat sebagai amal saleh yang diterima oleh Allah SWT.
Amin.
Meskipun kami telah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan Makalah dimaksud, namun kami menyadari bahwa masih
banyak kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan.
Semoga karya tulis ini dapat memberikan
manfaat kepada kami dan semua pihak yang membutuhkannya.
Lamongan, 9 Mei 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan suatu
proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan
hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada
pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang
pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala
aspek yang dicakupnya.
Perbedaan pendidikan dan
pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran
dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian.
Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam sebagai suatu
system keagamaan menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implisit
menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya.
Belajar merupakan tuntutan bagi setiap manusia, manusia dituntut
untuk terus mengembangkan pola pikirnya, dari yang sebelumnya tidak tahu
apa-apa menjadi tahu. Mengembangkan pola pikir bisa dilakukan dengan berbagai
cara seperti Tanya jawab, diskusi, dan lain sebagainya. Yang pada akhirnya dari
rangkaian kegiatan itu kita akan memperoleh pelajaran atau wawasan baru
sehingga dapat membuat pemikiran kita berkembang. Proses berpikir dalam Al Quran diistilahkan dengan An
Nazhru.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana hadits
tentang pengembangan pemikiran?
2. Bagaimana
penjelasan hadits tentang pengembangan pemikiran?
C. TUJUAN
1. Mengetahui hadits tentang pengembangan pemikiran.
2. Mengetahui penjelasan hadits tentang pengembangan pemikiran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits tentang pengembangan pemikiran
Ada beberapa
hadits yang menjelaskan tentang pengembangan pemikiran. Namun, penulis hanya
akan memaparkan beberapa hadits saja dengan menggunakan bantuan kamus mencari
hadits, yakni Mu’jam Muhfahras Li Alfaz al-Hadits.
Dalam hadits pengembangan
pemikiran dapat dilakukan melalui beberapa proses. Pada hadits yang pertama ini
penulis menggunakan kata (أدب), dan ditemukan redaksi sebagai
berikut:

Yang artinya
hadits tersebut hanya terdapat dalam Shohih Bukhori, hadits tersebut terdapat
dalam tiga kitab yaitu كتاب
أدب bab 80 , كتاب
أحكام Bab 22 , جهاد كتاب Bab 164. Namun, penulis hanya menemukan dua hadits
saja yakni dari كتاب
أدب bab 80 dan
كتاب أحكام Bab 22 :
v كتاب
أدب bab 80, yang berbunyi:

v كتاب أحكام Bab 22, yang berbunyi:

Maksud dari
dua hadits diatas adalah “Berikanlah
kemudahlah dan jangan membuat sulit orang lain, berikanlah kabar gembira yang
membuat mereka senang dan jangan menakut-nakuti, serta hendaknya kalian rukun
serta tidak berselisih”.
Dalam hadits kali ini penulis tidak menemukan dalam
kamus Mu’jam Muhfarras, maka penulis menemukan hadits yang berkaitan dengan
perkembangan pemikiran:
خَطَبَ رَسُوْلُ اللهِ صلعم
ذَاتَ يَوْمٍ فَأَثْنَى عَلَى طَوَائِفٍ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرًا قاَلَ: مَا
بَالَ أَقْوَامٌ لاَ يُفَقِّهُوْنَ جِيْرَانَهُمْ وَلاَ يُعَلِّمُوْنَهُمْ وَلاَ
يُعَظُّوْنَهُمْ وَلاَ يَأْمُرُوْنَهُمْ وَلاَ يَنْهُوْنَهُمْ،وَ مَا بَالَ
أَقْوَامٌ لاَ يَتَعَلَّمُوْنَ مِنْ جِيْرَانِهِمْ وَلاَ يَتَفَقَّهُوْنَ وَلاَ
يَتَعَظُّوْنَ، وَاللهِ لَيُعَلِّمَنَّ قَوْمٌ جِيْرَانَهُمْ وَ يُفَقِّهُوْنَهُمْ
وَ يُعَظُّوْنَهُمْ وَ يَأْمُرُوْنَهُمْ وَ يَنْهُوْنَهُمْ وَ لَيَتَعَلَّمَنَّ
قَوْمٌ مِنْ جِيْرَانِهِمْ وَ يَتَفَقَّهُوْنَ وَ يَتَعَظُّوْنَ أَوْ
لأُعَاجِلَنَّهُمُ الْعُقُوْبَةُ. الطبراني- تربية الأولاد في الإسلام.
Artinya: “Pada
suatu hari Rasulullah saw.
berkhutbah, dan memberikan pujian yang baik kepada sekelompok umat
Islam, beliau bersabda, “Bagaimana kabar kaum-kaum yang tidak memberikan
pemahaman kepada tetangga mereka, tidak pula mengajari mereka, tidak memberikan
nasehat kepada mereka, tidak memerintahkan pada kebaikan, dan tidak pula
mencegah pada keburukan. Dan bagaimana kaum-kaum yang tidak mau belajar dari
tetangga mereka, tidak meminta pemahaman, dan tidak meminta nasehat. Demi Allah
kaum yang tidak mengajari, tidak memberikan pemahaman dan nasehat, dan tidak
amar ma’ruf nahyi mungkar kepada tetangga mereka. Dan kaum yang tidak belajar,
tidak meminta pemahaman dan nasehat dari tetangganya, niscaya mereka semua akan
mendapatkan siksaan.” (Ath Thabrani, Tarbiyatul aulad fil islam 1.)
B. Penjelasan hadits tentang pengembangan
pemikiran
Adapun proses
mendidik akal dalam perspektif hadits dapat dilakukan dengan beberapa proses
diantaranya:[1]
1. Proses belajar dan mengajar, sesuai hadits diatas:
Dari hadits diatas ditemukan
nilai tarbawi (pendidikan), bahwa proses belajar mengajar yang
digambarkan dengan dua kaum. Pertama, kaum yang enggan memberikan pemahaman,
nasehat, dan amar ma’ruf nahi munkar kepada tetangganya. Dan kedua, kaum yang
enggan belajar dan enggan meminta pemahaman dan nasehat dari tetangganya.
Dari sini
disimpulkan bahwa belajar mengajar secara tidak langsung merupakan upaya
mendidik akal, karena proses belajar dan mengajar menstimulir akal untuk
berpikir.
Selain
proses belajar dan mengajar yang menstimulir akal untuk berpikir, proses
membaca, bahkan menulis pun menjadi stimulus untuk akal berpikir.
Sehingga ayat pertama yang Allah turunkan adalah surat Al ‘Alaq ayat 1-5 yang
berisi tentang perintah membaca, pencsiptaan manusia, dan perintah menulis.
2.
Kemudian yang menjadi upaya mendidik akal adalah dengan proses bertanya
dan menjawab, sehingga Abu Nu’aim berkata:
العِلْمُ خَزَائِنٌ
مَفَاتِيْحُهَا السُّؤَالُ أَلاَ فَاسْأَلُوْا فَإِنَّهُ يُوْجَرُ فِيْهِ
أَرْبَعَةٌ: السَّائِلُ وَ الْعَالِمُ وَ الْمُسْتَمِعُ وَ الْمُحِبُّ لَهُمْ (أبو
نعيم)
Artinya: “Ilmu
itu adalah gudang, adapun kuncinya adalah bertanya, maka bertanyalah karena
akan diberi pahala kepada empat orang, yaitu: orang yang bertanya, orang yang
berilmu, orang yang mendengarnya, dan orang yang mencintai mereka.” (Abu
Nu’aim)
3.
Tafaquh fiddîn
Tafaquh fiddîn dalam kaitannya mendidik akal
pun menjadi hal yang sangat penting, sebagaimana firman Allah yang artinya “Tidak
sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak
pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam
pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (At-Taubah
: 122)
Mendidik
akal dari pembahasan diatas dapat dilakukan melalui tiga proses, yaitu proses
belajar dan mengajar, proses membaca dan menulis, proses bertanya, dan Tafaquh fiddîn. Keempat proses tersebut akan menstimulir akal untuk
berpikir. Maka bila akal sudah dapat difungsikan sesuai fungsinya yaitu untuk
berpikir, maka kecerdasan yang akan didapatkan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan
hadits mengenai pengembangan pemikiran dapat diketahui bahwa dalam
mengembangkan pemikiran dapat dilakukan melalui beberapa proses yaitu dengan
Proses belajar dan mengajar, sesuai sabda rasulullah, menstimulir akal untuk
berpikir, proses membaca, bahkan menulis pun menjadi stimulus untuk akal
berpikir. Kemudian yang menjadi upaya mendidik akal adalah dengan proses
bertanya dan menjawab, dari rangkaian proses tersebut insyallah pemikiran kita
akan berkembang sesuai dengan ilmu yang dipelajari.
B.
Kritik dan Saran
Dengan ucapan Alhamdulillah,
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai makalah ini. Tentunya banyak kesalahan,
maka dari itu penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran
untuk motivasi kami agar lebih baik kedepannya. Penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat kepada pembaca dan penulis. Semoga Allah SWT memberikan
pemahaman dan kemanfaatan kepada kita. Aamiin.
DAFTAR
PUSTAKA
Kamus mencari
hadits atau kitab Mu’jam Mufahras Li Alfaz Al-Hadits.
http://dakwahislamiyah88.blogspot.in/2017/01/materi-hadits-tarbawi.html?m=1
Komentar
Posting Komentar