Sejarah Perkembangan Ilmu
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA
KULIAH FILSAFAT ILMU
DOSEN PENGAMPU MATA
KULIAH :
SULHATUL HABIBAH,M.Fil.I
OLEH :
M. TSALITS FAKHRUDIN
M. MUQ ALI
NADHIFATUL KHOIRI
M. TSALITS FAKHRUDIN
M. MUQ ALI
NADHIFATUL KHOIRI
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PROGRAM STUDI AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM DARUL
ULUM (UNISDA)
2015-2016
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik, dan inayahnya kepada kita semua.
Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridhonya. Syukur
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini berjudul SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU.
Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Karena beliau
adalah salah satu figur umat yang mampu memberikan syafa’at kelak di hari
kiamat. Selanjutnya kami mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu dosen
pengampu mata kuliah Filsafat ilmu, yang telah membimbing kami, dan kepada semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan ini hingga selesai.
Kami mohon ma’af yang
sebesar-besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan
didalamnya. Kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya
kesempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis umumnya dan khususnya bagi pembaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………………...i
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………...1
A. Latar belakang
………………………………………………………………1
B. Rumusan masalah .…………………………………………………………..1
C. Tujuan ………………………………………………………………….……1
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………….…2
A. Landasan ilmu pada zaman Yunani…………………………………………2
B. Perkembangan ilmu zaman Islam……………………………………….…..5
C. Kemajuan ilmu zaman Renaisans dan Modern …………………………...11
D. Kemajuan ilmu zaman Kontemporer …………………………………...…21
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………26
A. Kesimpulan ………………………………………………………………..26
B. Saran …………………………………………………………………...….26
BAB IV STUDI KASUS ……………………………………………………………...27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri
khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda
disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan matahari, bahkan ingin tahu tentang
dirinya sendiri.
Ilmu pengetahuan merupakan pencarian makna praktis, yaitu penjelasan
yang bisa di manfaatkan. Penjelasan ini telah menjadi dasar ilmu pengetahuan
manusia dari zaman pra sejarah hingga awal abad ke 20.
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan lainnya juga mengunakan tentang
peranan dunia islam di dalamnya. Sekitar abad ke 7 M. Pada zaman Bani Ummayyah,
orang islam menemukan cara pengamatan astronomi kemudia pada tahun 825 M. M
Al-Khawarizmi telah menyususn buku aljabar yang menjadi buku standar beberapa
abad lamanya di Eropa. Dari uraian tersebut, ternyata perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknolgi tidaklah muncul dengan sendirinya. Oleh karena itu,
kita sebagai manusia yang selalu lapar akan pengetahuan harus mengetahui secara
detail sejarah perkembangan ilmu dari waktu ke waktu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana landasan ilmu pada zaman Yunani ?
2. Bagaimana perkembangan ilmu dalam Islam?
3. Bagaimana kemajuan ilmu zaman renaisan dan
modern ?
4. Kemajuan ilmu pada zaman kontemporer ?
C. Tujuan
1. Menegtahui landasan ilmu pada zaman Yunani.
2. Mengetahui perkembangan ilmu dalam Islam.
3. Mengetahui kemajuan ilmu zaman renaisan dan
modern.
4. Mengetahui ilmu pada zaman kontemporer.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Landasan Ilmu
Pada Zaman Yunani
Periode filsafat
Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena
pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi
logosentris. Pola pikir mitrosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan
mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa
bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang
menggoyangkan kepalanya, Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam
tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, teapi aktivitas alam yang
terjadi secara kausalitas. Perubahan pola pikir tersebut kelihatannya
sederhana, tetapi implikasinya tidak sederhana karena selama ini alam ditakuti
dan dijahui kemudian didekati bahkan dieksploitasi. Manusia yang dulunya pasif
dalam menghadapi fenomena alam menjadi lebih proaktif dan kreatif, sehingga
alam dijadikan objek penelitian dan pengkajian. Dari proses inilah kemudian
ilmu berkembang dari Rahim filsafat, yang akhirnya kita nikmat dalam bentuk
teknologi. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani merupakan entri
poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.
Filosof alam
pertama yang mengkakji tentang asal usul alam adalah Thales (624-546 SM). Ia
digelari Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan
mempertanyakan. “Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?” Pertanyaan ini
sangat mendasar, terlepas apapun jawabannya dengan pendekatan rasional, bukan
dengan pendekatan mitos atau kepercayaan. Ia mengatakan asal alam adalah
airkarena air adalah unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah
menjadi benda gas, seperti uap dan benda padat, seperti es, dan bumi ini juga
berada diatas air.[1]
Setelah Thales,
muncul Anaximandros (610-540 SM). Anaximandros mencoba mejelaskan bahwa
substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya.
Dia tidak setuju unsur utama alam adalah salah satu dari unsur-unsur yang ada,
seperti air atau tanah. Unsur utama alam harus yang mencakup segalanya dan
diatas segalanya, yang dinamakan apeiron. Ia adalah air, maka air haus meliputi
segalanya, termasuk api yang merupakan lawannya. Padahal, tidak mungkin air
menyingkirkan anasir api. Karena itu , Anaximandros tidak puas dengan
menunjukkan salah satu anasir sebagai perinsip alam, tetapi dia mencari yang
lebih dalam, yaitu zat yang tidak dapat diamati oleh pancaindera.[2]
Berbeda dengan
Thales dan Anaximandros, Heraklitos (540-480 SM) Melihat alam semesta ini
selalu dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang
panas berubah menjadi dingin. Itu berarti bila kita hendak memahami kehidupan
kosmos, kita harus menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Segala sesuatu saling
bertentangan dan dalam pertentangan itulah kebenaan. Gitar tidak akan meghasilkan
bunyi jika dawai tidak ditegangkan antara dua ujungnya. Karena itu dia
berkesimpulan, tidak ada suatupun yang benar-benar ada, semua menjadi. Ungkapan
yang terkeal dari Heraklitos dalam menggambarkan perubahan ini adalah panta
rhei uden menei (semuanya mengalir dan tidak ada sesuatupun yang tinggal
mantap).
Filosof alam
yang cukup berpengaruh adalah Parmenides (515-440 SM), yang lebih muda umurnya
dari pada Heraklitos. Pandangannya bertolak belakang dengan Heraklitos. MENURUT
Heraklitos, realitas seluruhnya bukanlah sesuatu yang lain daripada gerak dan
perubahan, sedangkan menurut Parmenides, gerak dan perubahan tidak mungkin
terjadi . menurutnya realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak
bergerak dan tidak berubah. Dia menegaskan bahwa yang ada itu ada.
Pythagoras
(580-500 SM) mengembalikan segala sesuatu kepada bilangan. Baginya tidak ada
satupun yang dialam ini terlepas dari bilangan. Semua realitas dapat di ukur
dengan bilangan (kuantitas). Karena itu, dia berpendapat bahwa bilangan adalah
unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran.
Setelah
berakhirnya para filosof alam, maka muncul masa transisi, yakni penelitian
terhadap alam tidak menjadi focus utama, tetapi sudah mulai menjurus pada
penyelidikan pada manusia. Filosof alam ternyata tidak dapat memberikan jawaban
yang memuaskan, sehingga timbullah kaum “Sofis”. Kaum Sofis ini memulai kajian
tentang manusia dan menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Tokoh
utamanya adalah Protagoras (481-411 SM) Ia menyatakan bahwa “manusia” adalah
ukuran kebenaran. Pernyataan ini merupakan cikal bakal humanisme. Pertanyaan yang muncul adalah apakah yang dimaksudnya
itu manusia individu atau manusia pada umumnya. Memang dua hal itu menimbulkan
konsekuensi yang sungguh berbeda. Namun tidak ad jawaban yang pasti, mana yang
dimaksud oleh Protagoras. Yang jelas ia menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat
subyektif dan relative. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang absolut dalam
etika, metafisika, maupun agama. Bahkan teori matematika tidak dianggapnya
mempunyai kebenaran yang absolut.
Tokoh lain dari
kaum Sofis adalah Gorgias (483-375 SM), ia datang ke Athena pada tahun 427 SM
dari Leontini. Menurutnya ada tiga proposisi : pertama, tidak ada yang ada,
maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada. Pemikiran lebih baik tidak
menyatakan apa-apa tentang realitas. Kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak akan
dapat diketahui. Ini di sebabkn oleh penginderaan itu tidak dapat dipercaya,
penginderaan itu sumber ilusi. Akal, tidak juga mampu meyakinkan kita bahwa semesta
alam ini karena akal kita telah diperdaya oleh dilemma subjektivitas. Dan
ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita
beri tahukan kepada orang lain. Sikap skeptic Georgias ini dianggap oleh
sebagian filosof sebagai pandangan nihilism, yakni kebenaran itu tidak ada.
Jadi dia lebih ekstrim dibandingkan Protagoras.
Pengaruh positif
gerakan kaum Sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat
berfilsafat. Mereka mengingatkan filosof bahwa persoalan pokok dalan filsafat
bukanlah alam melaikan manusia. Mereka juga membangkitkan jiwa humanism. Mereka
tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.
Namun para
filosos setelah kaum sofis tidak setuju dengan pandangan tersebut, seperti
Socrates, Plato, dan Aristoteles. Mereka menolak realitivisme kaum Sofis.
Menurut mereka, ada kebenaran objektif yang bergantung kepada manusia. Socrates
membuktikan adanya kebenaran objektif itu dengan mengunakan metode yang
bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan, sehingga metode
yang digunakannya biasanya disebut juga metode dialog karena dialog mempunyai
peranan penting dalam menggali kebenaran yang objektif.
Periode setelah
Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat Yunani karena pada zaman ini
kajian-kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat
tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429-347 SM), Yang
sekaligus murid Socrates dan yang menulis ide-ide Socrates. Menurutnya, esensi
itu mempunyai realitas dan realitasnya ada di alam idea. Kebenaran umum itu ada
bukan dibuat-buat bahkan ada dialam idea. Plato berhasil mnsentesakan antara
pandangan Heraklitos dan Parmenides. Menurut Heraklitos segala sesuatu berubah,
sedangkan Parmenides mengatakan sebaliknya, yaitu segala sesuatu diam.
Puncak kejayaan
filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM). Ia murid Plato,
Seorang filsof yang berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar
filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika,
dan metafisika.
Dalam
bidang fisika, Ariestoteles membagi gerak pada dua macam, yaitu gerak
aksidental dan gerak substansial. Aristotles
yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoretis dan praktis. Yang
teroretis mencakup logika, metafisika, dan fisika, sedangkan yang praktis
mencakup etika, ekonomi, dan politik.
Filsafat
Yunani yang rasional itu boleh dikatakan berakhir setelah Aristoteles
menuangkan pemikirannya. Akan tetapi sifat rasional itu masi digunakan selama
berabad-abad sesudahnya sampai sebelum filsafat benar-benar memasuki dan
tenggelam dalam abad pertengahan. Namun jelas, setelah perioe ketiga filosof
besar itu mutu filsafat semakin merosot. Kemunduran filsafat itu sejalan dengan
kemunduran politik ketika itu, yaitu sejalan dengan terpecahnya kerajaan
Macedonia menjadi pecahan-pecahan kecil setelah wafatnya Alexander The
Great.tepatnya pada ujung zaman Helenisme, yaitu pada ujung sebelum Masehi
menjelang Neo Platonisme, filsafat benar-benar mengalami kemunduran.
B. Perkembangan
Ilmu Zaman Islam
Kalau
diacak akar sejarahnya, pandangan islam tentang pentingnya ilmu tumbuh bersama
dengan munculnya islam itu sendiri. Ketika Rasulullah Saw. Menerima wahyu
pertama, yang mula-mula diperintahkan kepadanya adalah “membaca”. Jibril
memerintahkan Muhammad dengan bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang
menciptakan.[3]
Dari kata iqra inilah kemudian lahir
aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui
ciri sesuatu, dan membaca teks yang tertulis maupun tidak.[4]
Wahyu pertama itu menghendaki orang Islam untuk senantiasa “membaca” dengan
landasi bismi Rabbika, dalam arti
hasil bacaan itu nantinya dapat bermanfaat untuk kemanusiaan.
Selain
ayat-ayat tersebut diatas, ada juga hadis Rasulullah yang menekankan wajibnya
mencari ilmu, bahkan begitu pentingnya kalau perlu “carilah ilmu sampai ke
negeri Cina”. Dengan demikian Al-qur’an dan Hadis kemudian dijadikan sebagai
sumber ilmu yang dikembangkan oleh umat Islam dalam sepektrum yang seluas-luasnya.
sejarah perkembangan ilmu dalam Islam dalam beberapa zaman, seperti uraian
berikut ini.
1. Penyampaian
Ilmu dan Filsafat Yunani ke Dunia Islam
Dalam perjalanan
ilmu dan juga filsafat didunia Islam, pada dasarnya terdapat upaya
rekonsiliasi-dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang
berbeda, bahkan seringkali ekstrim-antara pandangan filsafat Yunani, seperti
filsafat Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam Islam yang
seringkali menimbulkan benturan-benturan. Sebagai contoh konkret dapat
disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh yang besar
pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab eklektisisme. Al-Farabi, dalam hal
ini, memiliki sikap yang jelas karena ia percaya pada kesatuan filsafat dan
bahwa tokoh-tokoh filsafat harus bersepakat di antara mereka sepanjang yang
menjadi tujuan mereka adalah menjadi kebenaran. Bahkan bisa dikatakan para
filosof Muslim mulai dari Al-Kindi sampai Ibu Rusyd terlibat dalam upaya
rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan pandangan-pandangan yang
relative baru dan menarik. Usaha-usaha mereka pada gilirannya menjadi alat
dalam penyebaran filsafat dan penetrasinya kedalam studi-studi keislaman
lainnya, dan tidak diragukan lagi upaya rekonsiliasi oleh para filosof Muslim
ini menghasilkan afinitas dan ikatan yang kuat antara filsafat Arab dan
filsafat Yunani.
Proses
penyampaian ilmu dan filsafat Yunani
kedunia islam, kita harus melihat sisi lain yang juga menunjang keberhasilan
Islam dalam menemukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sisi lain itu adalah
aktifitas penerjemahan. Menurut C.A Qadir, proses penafsiran dan penerjemahan
buku-buku Yunani dinegeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama Islam
atau penaklukan daerh-daera di Timur Dekat, pada saat itu Suriah merupakan
tempat bertemunya dua kekuasaan dunia, Romawi dan Persia. Atas dasar itu,
bangsa Suriah disebut-sebut memainkan perang penting dalam penyebaran
kebudayaan Yunani ke Timur dan Barat. Dikalangan umat Kristen Suriah, terutama
kaum Nestorian, ilmu pengetahuan Yunani dipelajari dan disebarluaskan melalui
sekolah-sekolah mereka. Walaupun tujuan utama sekolah-sekolah tersebut menyebarluaskan
pengetahuan Injil, namun pengetauan ilmiah, seperti kedokteran, banyak diminati
oleh para pelajar. Sayangnya pihak gereja memandang ilmu kedokteran itu sebagai
ilmu secular dan dengan demikian posisinya lebih renda dari ilmu pengobatan
spiritual yang merupakan hak istimewa para pendeta.
Selain
itu, pada masa ini juga didapati pusat-pusat ilmu pengetahuan seperti Ariokh,
Ephesus, dan Iskandariah, dimana buku-buku Yunani Purba masih dibaca dan
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa, terutama Siriani, bahkan setelah
pusat-pusat itu ditahklukan oleh umat islam, pengaruh pemikiran Yunani tetap
mendalam dan meluas. Pada masa ini juga didapati seorang tokoh Kristen bernama
Nestorius, yang melakukan deskontruksi atas pemahaman teologi kalangan Kristen
konservatif ortodoks, setelah ia terpengaruh oleh alam pikiran Yunani tersebut.
Ia bersama pengikutya kemudian hijra ke Suriah dan melanjutkan kegiatan ilmu
pengetahuan dan filsafat Yunani. Kegiatan ini pada gilirannya menghasilkan
terjemahan karya filosof Yunani seperti Phorphyrius, diantaranya adalah
Isagoge, categories, hermeneutica, dan Analytica Priori. Pusat-pusat ilmu
pengetahuan yang dipimpin oleh umat Kristen ini, terus berkembang dengan
bebasnya sampai mereka dibawah kekuasaan Islam. Hal ini menunjukan bahwa Islam
tidak mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan kecintaan
umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada ilmuwan,
tanpa memandang agama mereka.
2. Perkembangan
Ilmu Pada Masa Islam Klasik
Satu hal yang patut
dicatat dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu dalam Islam adalah peristiwa
Fitnah al-Kubra, yang ternyata tidak hanya membawa konsekuensi-logis dari segi
politis an sich-seperti yang dipahami selama ini-tapi ternyata juga membawah
perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu didunia Islam. Pasca
terjadinya Fitnah al-Kubra, muncul berbagai golongan yang memiliki aliran
teologis tersendiri yang pada dasarnya berkembang pada alasan-alasan politis.
Pada saat itu muncul aliran Syi’ah yang membela Ali, aliran Khawariji, dan
kelompok Muawiyah.
Pasca Fitnah al-Kubra bermunculan berbagai
aliran politik dan teologi. Dari sini kemudian dapat dikatakan bahwa sejak awal
islam kajian-kajian dalam bidang teologi sudah berkembang, meskipun masih
berbentuk embrio. Embrio inilah yang pada masa kemudian menemukan bentuknya
yang lebih sistematis dalam kajiankajian teologis dalam Islam.
Tahap penting
berikutnya dalam peroses perkembangan dan tradisi keilmuan Islam ialah masuknya
unsur-unsur budaya Peroso-Semitik (Zoroastianisme- khususnya Mazdaisme, serta
Yahudi dan Kristen) dan budaya hellenisme.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat ditarik sebuah hipotesis sementara bahwa pada awal Islam pengaruh Hellenisme dan
juga filsafat Yunani terhadap teradisi terhadap keilmuan Islam sudah sedemikian
kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itupun terus mewarnai
perkembangan ilmu pada masa-masa berikutnya.
3. Perkembangan
Ilmu Pada Masa Kejaaan Islam
Dalam
sejarah Islam, kita mengenal nama-nama seperti Al-Mansur, Al-Ma’mun, dan Harun
Al-Rasyid, yang memberikan perhatian yang teramat besar bagi perkembangan ilmu
didunia Islam. Pada masa pemerintahan Al-Mansur, misalnya, proses penerjemahan
karya-karya filosof Yunani kedalam bahasa Arab berjalan dengan pesat. Dikabarkan
bahwa Al-Mansur telah memerintahkan penerjemah naskah-naskah Yunani mengenai
filsafat dan ilmu, dengan memberikan imbalan yang besar kepada para ahli bahasa
(penerjemah). Pada masa Harun Al-Rasyid (786-809) peroses penerjemahan itu juga
masi terus berlangsung. Harun memerintahkan Yuhanna (Yahya) Ibn Masawayh (w.
857), seorang dokter istana, untuk menerjemahkan buku-buku kuno mengenai
kedokteran. Dimasa itu juga diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi,
seperti Siddhamta; sebuah risalah India yang diterjemahkan oleh Muhammad Ibnu
Ibrahim al-Fazari (w. 806).[5]
Pada masa selanjutnya oleh al-Khawarizmi Siddhanta ini dibuat versi baru
terjemahannya dan diberikan komentar-komentar.[6]
Selain itu juga ada Quadripartitus karya Purdemy, dan karya-karya bidang astrologi
yang diterjemahkan oleh satu tim sarjana.[7]
Perkembangan
ilmu selanjutnya berada pada masa pemerintahan al-Ma’mun (813-833). Ia adalah
seorang pengikut Mu’tazilah dan seorang rasionalis yang berusaha memaksakan
pandangannya kepada rakyat melalui mekanisme Negara. Walaupun begitu, ia telah
berjasa besar dalam mengembangkan ilu didunia Islam dengan membangun Bait
al-Hikmah, yang terdiri dari sebuah perpustakaan, sebuah departemen
penerjemahan. Orang terpenting di Bait al-Hikmah adalah Hunain, seorang murid
Masawayh, yang telah berjasa menerjemahkan buku-buku Plato, Aristoteles,
Galenus, Appolonuis, dan Archimedes. Selanjutnya pada pertengahan abad 10
muncul dua penerjemah terkemukah yaitu Yahya Ibn A’di (w. 974), dan Abu Ali Isa
Ishaq Ibn Zera (w. 1008). Yahya banyak memperbaiki terjemahan dan menulis
komentar mengenai Aristoteles seperti Categories, Sophist, Poetics, Metaphysics,
dan karya Plato seperti Timaesus dan Laws. Yahya juga dikenal sebagai ahli
logika dan menerjemahkan The Prolegomena of Ammonius dan sebuah kata pengantar
untuk Isagoge-nya Pophyrius.[8]
Selain
tokoh diatas, kita juga mengenal Al-Kindi, seorang ilmuan yang sering disebut
saintis ketimbang filosof, yang berminat besar dalam bidang matematika dan
fisika. Ia bahkan pernah berpendapat bahwa seorang mungkin dapat menjadi
filosof sebelum mempelajari filsafat. Tokoh lainnya adalah al-Farabi yang
mengadakan penelitian dalam bidang geometrid an mekanika, dan ia juga seorang
musikus Muslm yang terbesar. Salah satu karyanya dalam bidang musik adalah
kitab al-Musiqi al-Kabir. Kemudian kita mengenal Ibn Bajah, Ibn Tafail, dan Ibn
Rushd, yang hidup di Andalusia dan bergelut secara intensif dalam bidang
kedokteran. Ibn Rushd, misalnya, mengarang al-Kulliyat yang diterjemahkan dalam
bahasa Latin pada pertengahn abad ke-13 M. Selanjutnya ada Muhammad Ibd Zakaria
Al-Razi, dokter terbesar dalam Islam, bahkan diseluruh masa Abad Pertengahan.
Ia terkenal karena orisinalitasnya dan pandangannya yang jernih dan
kemampuannya menemukan jenis-jenis penyakit yang belum dikenal sebelumnya.
Kitabnya yang berjudul al-Hawai adalah kitab yang paling terkemuka diantara
karya-karya kedokteran Arab yang diambil manfaatnya oleh orang-orang Latin.[9]
Selain
adanya perkembangan ilmu yang dapat dikategorikan kedalam bidan eksata,
matematika, fisika, kimia, geometri dan lain sebagainya, sejarah juga mencatat
sejarah ilmu-ilmu keislaman, baik dalam bidang tafsir, hadis, fiqi, ushul
fiqih, dan disiplin ilmu keislaman yang lain. Perkembangan ilmu tfsir dan ‘ulum
al-qur’an belum menemukan bentuknya yang kongkret sampai dengan abad ke-3 H.
Selain
dalam bidang Al-qur’an dan Hadis, ilmu fiqih dan ushul fiqih telah mengalami
perjalanan panjang hingga terbentuk seperti sekarang ini. Fiqih menjadi sebah
disiplin ilmu dengan mengalami beberapa tahapan.
4. Masa
Keruntuhan Tradisi Keilmuan Dalam Islam
Abad
ke-18 dalam sejarah Islam adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat Islam
dan memperoleh catatan buruk bagi peradaban Islam secara universal. Seperti
yang diungkapkan oleh Lothrop Stoddard, bahwa menjelang abad ke-18, dunia Islam
telah merosot ketingkat yang terendah. Islam tampaknya sudah mat, dan yang
tertinggal hanyalah cangkangnya yang kering kerontang berupa ritual tanpa jiwa
dan takhayul yang merendahkan martabat umatnya. Ia menyatakan seandainya
Muhammad bisa kembali hidup, dia pasti akan mengutuk para pengikutnya sebagai
kaum murtad dan musyrik.[10]
Pernyataan
Stoddard diatas menggambarkan begitu dasyatnya peroses kejatuhan peradaban dan
trdisi keilmuan Islam yang kemudian menjadikan umat Islam sebagai bangsa yang
dijajah oleh bangsa-bangsa Barat. Runtuhnya bangunan trdisi keilmuan islam secara garis besar dapat
diterangkan karena adanya sebab-sebab berikut:
Dalam
bukunya The Recontruction of Religious Thought in Islam Iqbal menyatakan bahwa
salah satu penyebab utama kematian semangat ilmia di kalangan umat islam adalah
diterimanya paham Yunani mengenai realitas yang pada pokoknya bersifat statis,
sementara jiwa islam adalah dinamis dan berkembang. Ia selanjutnya
mengungkapkan bahwa semua aliran pikiran Muslim bertemu dalam satu teori Ibn
Miskawaih mengenai kehidupan sebagai suatu gerak evolusi dan pandangan Ibn
Khaldun mengenai sejarah.
Sebab
lain yang menyebabkan kehancuran tradisi keilmuan Islam adalah presepsi yang
keliru dalam memahami pemikiran Al-Gzali. Orang umumnya mengencam Al-Gazali
karea ia menolak filsafat seperti yang ia tulis dalam Tahafut al-falasifahnya.
Padahal ia sebenarnya menawarka sebuah metode yang ilmiah dan rasional, dan
juga menekankan pentingnya pengamatan dan analisis, serta sikap skeptic. Hal
ini misalnya ia tuangkan dalam karyanya berjudul al-Munaqidz min al-Dlalal.
Selain itu umat islam juga tidak memperhatikan karya Ibn Rushd (Tahafut
al-Tahafut), yang membela Aristotelianisme dan mengencap kritik Al-Ghazalikepada
filsafat. Seandainya orang mau meluangkan waktunya untuk mengkaji karya Ibn
Rushd itu, barangkali kemosrotan rasional di kalangan umat islam tidak akan
separah seperti saat ini.
Para
penguasa sering kali merasa takut dengan tersebar lusnya pendidikan dan
pengetahuan dikalangan masa yang dapt menggerogoti kekuasaan mereka yang
mutlak. Munculnya orang-orang yang pandai dan terampil longarnya pengaruh
golongan elit feudal dan keagamaan. Dengan membuka kesempatan baru bagi
masyarakat dan menawarkan cara yang baru sama sekali untuk memperoleh pengaruh
melaluhi pengetahuan dan bukan melalui pewarisan, maka penyebarluasan ilmu dan
teknologi menghantam akar dasar kekuasaan golongan yang mempunyai hak-hak
istimewa.
Selain
sebab-sebab diatas, kesulitan-kesulita Ijtihad dan mitisisme asketik juga
merupakanfaktor yang menyebabkan kemunduran tradisi intelektual dan keilmuan
didunia islam.
C. Kemajuan
Ilmu Zaman Renaisans dan Modern
1. Masa
Renaisans (Abad ke-15-16)
Renainsans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung
arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkanya gerakan
reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja Katolik Roma, bersamaan dengan
berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian,
keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bias, Leonardo da
Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492
M) oleh Colombus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu.
Kelahiran kembali satra di Inggris, Prancis, dan Spanyol diwakili Shakespeare,
Spencer, Rabelains, dan Ronsand. Pada masa itu seni musik juga mengalami
perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Cobernicus dan
Galelio menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik
balik dalam pemikiran ilmu dan filsafat.[11]
Tidaklah
mudah untuk membuat garis batas yang tegas antara zaman renainsans denganzaman
modern. Sementara orang mengangap bahwa zaman modern hanyalah perluasan
renainsans. Akan tetapi, pemikiran ilmiah membawah manusia lebih maju kedepan
dengan kecepatan yang besar, berkat kemampuan-kemampuan yang dihasilkan oleh
masa-masa sebelumnya. Manusia maju dengan langkah raksasa dari zaman uap ke
zaman listrik, kemudian ke zaman atom, electron, radio, televise, roket, dan
zaman ruang angkasa.
Pada
zaman renainsans ini manusia Barat mulai berpikir secara baru, dan secara
berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini
telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu.
Pemikir yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini antara lain: Nicholas
Copernicus (1473-1543) dan Francis Bacon (1561-1626).
Teori
Copernicus melahirkan revolusi pemikiran tentang alam semesta, terutama astronomi.
Bacon adalah pemikiran yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan
melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowladge
is Power (Pengetahuan adalah Kekuasaan). Ada 3 contoh yang dapat membuktikan
pernyataan ini, yaitu:
1). Mesin
menghasilkan kemenangan dan perang modern
2). Kompas
memungkinkan manusia mengarungi lautan
3). Percetakan
yang mempercepat penyebaran ilmu.[12]
Penemuan
Copernicus mempunyai pengaruh luas dalam kalangan sarjana, antara lain Tycho
Brahe dan Johannes Keppler. Tycho Brahe (1546-1601) adalah seorang bangsawan
yang tertarik pada sistem astronomi baru. Ia membuat alat-alat yang ukurannya
besar sekali untuk mengamati bintang-bintang dengan teliti. Berdasarkan
alat-alat yang besar itu dan dengan ketekunan seta ketelitian pengamatannya,
maka bahan yang dapat dikumpulkan selama 21 tahun sangat besar artinya untuk
ilmu dan keperluan sehari-hari.
Johannes
Keppler (1571-1630) adalah pembantu Tycho dan seorang ahli matematika. Setelah
Tycho meninggal dunia, bahan pengamatan selama 21 tahun itu diwariskan kepada
Keppler. Disamping melanjutan pengamatan, Keppler mengembangkan Astrologi untuk
memproleh uang guna memelihara perkembangan Astronomi. Dalam mengelolah
peninggalan Tycho, ia masi bertolak dari kepercayaan bahwa semua benda angkasa
bergerak, mengikuti lintasan circle karena sesuai dengan kesempurnaan ciptaan
Tuhan. Semua perhitungan ditujuhkan kearah itu. Namun, semua perhitungan tetap
menunjukkan bahwa lintasan merupakan elips untuk semua planet. Akhirnya, Keppler
terpaksa mengakui bahwa lintasan memang berbentuk elips.
Hal
ketiga yang ditemukan oleh Keppler adalah perbandingan antara dua buah planet,
misalnya A dan B. bila waktu yang dibuktikan untuk melintasi orbit oleh
masing-masing planet adalah P dan Q, sedang jarak dari planet B ke matahari
adalah X dan Y, maka P+: Q+ = X+: Y+. Dengan demikian Keppler menemukan 3 buah
hokum Astronomi, yaitu:[13]
1. Orbit
dari semuah planet berbentuk elips
2. Dalam
waktu yang sama, garis penghubung antra planet dan matahari selalu melintasi
bidang yang luasnya sama.
3. Bila
jarak rata-rata dua planet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan
waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q, maka P+ : Q+= X+ :
Y+.
Ketiga
hokum Keppler itu ditemukan setelah dilakukan perhitungan selama kira-kira 10
tahun tanpa logaritma, karena pada waktu itu memang belum dikenal logaritma.
Dari karya-karya Tycho dan Keppler tersebut dapat ditarik beberapa pelajaran.
Pengumpulan bahan pengamatan yang teliti dan ketekunan yang terus menerus
menjadi landasan untuk perhitungan yang tepat memaksa disingkirkannya semua
tahayul, misalnya tentang pergerakan sempurna atau pergerakan sirkuler. Bahan
dan perhitungan yang teliti merupakan satu jalan untuk menemukan hokum-hukum
alam yang murni dan berlaku universal.
Ketiga
hokum alam tentang planet ini sampai sekarang masih dipergunakan dalam
astronomi, meskipun disana-sini diadakan perbaikan sepenuhnya. Karya Copericus
dan Keppler memberi sumbangan yang besar bagi lapangan astronomi. Dalam tangan
Copernicus, lapangan ini baru merupakan sebuah model untuk perhitungan. Dalam
tangan Keppler, astronomi menjadi penentuan gerakan-gerakan angkasa dalam satu
lintasan yang tertutup. Akhirnya dalam tangan Newton, pergerakan ini diberi
keterangan lengkap, baik mengenai ketepatan maupun bentuk elips-nya.
Setelah
Keppler, muncul Galileo (1546-1642) dengan penemuan lintas peluru, penemuan
hokum pergerakan, dan penemuan tata bulan planet Jupiter. Penemuan tata bulan
Jupiter memperkokoh keyainan Galileo bahwa tata surya bumi bersifat
heliosentrik. Sebagai sarjana matematikan dan fisika, Galileo menerima prinsip
tata surya yang heliosentris serta hokum-hukum yang ditemukan Keppler. Galileo
dapat pula membuat sebuah teropong bintang. Dengan teropong itu ia dapat
melihat beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Yang terpenting dan
terakhir ditemukannya adalah planet Jupiter yang dikelilingi oleh empat buah
bulan.
Galileo
membagi sifat benda dalam dua golongan, yaitu Pertama, golongan yang langsung
mempunyai hubungan dengan dengan metode pemeriksaan fisika, artinya yang
mempunyai sifat-sifat primer (primary
qualities) seperti barat, panjang dan lain-lain sifat yang dapat diukur. Kedua, golongan yang tidak mempunyai
peranan dalam proses pemeriksaan ilmiah, dsebut sifat-sifat sekunder (secondary
qualities), seperti sifat warna, asam, manis, dan tergantung dari pancaindra
manusia. Sejak Galileo, ilmu pada umumnya tidak dapat memeriksa sifat
kehidupan, karena sifatnya subyektif, tidak dapat diukur, dan tidak dapat
ditemuka satuan dasarnya. Hal itulah yang membuat Galileo dianggap sebagai
pelopor perkembangan ilmu dan penemu dasar ilmu modern, yang hanya berpegang
pada soal-soal yang objektif saja.[14]
Pada
masa yang bersamaan dengan Kepler dan Galilio ditemukan Logaritma oleh Napier (1550-1617)
berdasarkan basis e, yang keumudian
di ubah kedalam dasar 10 oleh Briggs (lahir tahun1615) dan kemudian diperluas
oleh Brochiel de Decker (lahir tahun 1626). Ketika Kepper mendengar tentang
penemuan itu, ia memberikan reaksi bahwa jika ia dapat mempergunakan penemun
logaritma, perhitungan yang 11 tahun dapat dipersingkat sekurang-kurangnya
menjadi satu bulan.
Pada
masa Desarque (1593-1662) ditmukan Projective Geometry, yang berhubungan dengan
cara melihat sesuatu, yaitu manusia A melihat benda P dari tempat T. oleh
karena “melihat” hanya mungkin jika ada cahaya, sedangkan cahaya memancarkan
lurus, maka seolah-olah mata dihubungkan dengan benda oleh satu garis lurus.
Sedang Fermat, juga mengembangkan Ortogonal Coordinate Syistem, seperti hanya
Descartes. Disamping itu, ia juga melaksanakan penelitian teori Al-Jabar
berkenaan dengan bilangan-bilangan dan soal-soal yang dalam tangan Newton dan
Lebniz kemudian akan menjelma sebagai perhitungan difrensial-integral (calculus). Fermat bersama-sama Pasca menyusun
dasar-dasar perhitungan stastistik.
2.
Zaman Modern (Abad
17-19 M)
Setelah galileo, Fermat, Pascal, dan Keppler berhasil
mengembangkan penemuan mereka dalam ilmu, maka pengetahuan yang terpecar-pecar
itu jatuh ke tangan dua sarjana, yang dalam ilmu modern memegang peran yang
sangat penting. Mereka adalah Isaac Newton (1643-1727) dan Leibniz (1646-1716).
Di tangan dua orang sarjana inilah, sejarah ilmu modern di mulai.
Newton, sekalipun ia menjadi pimpinan sebuah tempat
pembuatan uang logam di kerajaan Inggris, ia tetap menekuni dalam bidang ilmu.
Lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan Calculus dan Optika merupakan karya besar
Newton. Teori Gravitasi Newton dimulai ketika muncul persangkaan penyebab
planet tidak mengikuti pergerakan lintas lurus, apakah matahari yang menarik
bumi atau antara bumi dan matahari ada gaya saling tarik menarik.
Persangkaan tersebut kemudian dijadikan newton sebagai
titik tolak untuk spekulasi dan perhitungan-perhitungan. Namun hasil perhitungan itu tidak memuaskan Newton,
semua persangkaan dan perhitungan lalu di tangguhkan. Baru kira-kira16 tahun
kemudian soal itu ditanganinya lagi, setelah ia berhasil mengatasi beberapa hal
yang ada pada awal penyidikan belum disadarinya. Teori Grafitasi memberikan
keterangan, mengapa planet tidak bergerak lurus, sekalipun kelihatannya tidak
ada pengaruh yang memaksa planet harus mengikuti lintasan elips. Sebenarnya,
pengaruhnya ada, tetapi tidak dapat di lihat dengan mata dan pengaruh itu
adalah gravitasi, yaitu kekuatan yang selalu akan timbul jika ada dua benda
yang saling berdekatan.
Berdasarkan teori gravitasi dan perhitungan-perhitungan
yang di lakukan Newton, dapat diterangkanlah dasar dari semua lintasan planet
dan bulan, pengaruh pasang air samudra dan lain-lain peristiwa astronomi,
justru dalam lapangan astronomilah, ketepatan teori gravitasi makin
menyakinkan, sehingga tidak ada lagi yang tidak percaya tentang adanya
gravitasi ini.
Perhitungan calculus atau yang di sebut juga
diferensial/integral oleh Newton di Inggris dan Leibniz di Jerman, terbukti
sangat luas gunanya untuk menghitung bermacam-macam hubungan antara dua atau
lebih banyak hal yang berubah, bersama dengan ketentuan yang teratur. Misalnya,
kecepatan planet mengelilingi matahari yang berbeda-beda sepanjang lintasan,
menemukan maxima dan minima dari suatu kurva, menemukan tambahan luas lingkaran
bila radius berubah sedikit sekali, dan lain sebagainya. Setelah calculus di temukan
banyak sekali perhitungan dan pemeriksaan ilmiah dapat di selesaikan sebelumnya
tinggal problematis saja. Tanpa calculus, ilmu matematika tidak dapat
berkembang seperti sekarng ini.
Penemuan ketiga yang mendasari ilmu alam adalah
pemeriksaan newton mengenahi cahaya dan lazim di sebut optika. Dengan
mempertimbangkan bahwa cahaya masuk melalui lensa, sedangkan sebagian perifer
lensa mendekati bentuk prisma, sehingga cahaya perifer terbias menjadi pelangi
yang di sebut chomatik aberration, maka newton membuat telescope tanpa lensa,
ia mengunakan cermin cekung yang berdasarkan pantulan cahaya sehingga
tidak terjadi pembiasan.
Pada masa sesuda newton, perkembangan ilmu selanjutnya
adalah berupa ilmu kimia. Jika pada newton, ilmu yang berkembang adalah matematka,
fisika dan astronomi. Pada periode selanjutnya ilmu kimia menjadi kajian yang
amat menarik. Ilmu kimia tidak mulai dengan logika, aksioma, ataupun dekduksi.
Semua permulaan itu kimia praktis berdasarkan percobaan-percobaan yang hasilnya
kemudian di tafsirkan. Pada permulaannya, semua percobaan bersifat kualitatif.
Joseph black (1728-1799) dikenal sebagai pelopor dalam
pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO². Ia melakukan terhadap kapur. Hawa
yang keluar kemudian di alirkan melalui air kapur yang sudah di saring lebih
dahulu. Pada waktu hawa yang keluar dari kapuk mengalir, maka air kapur yang
jernih menjadi keruh. Demikian pula Henry Cavendish (1731-1810) memeriksa gas
yang terjadi jika serbuk besi di siram dengan asam dan menghasilakn hawa yang dapat
di nyalakan. Sarjana lain, yaitu Joseph Prestley (1733-1804), menemukan
sembilan macam hawa No dan Oksigen yang antara lain yang dapat di hasilkan oleh
tanaman. Oksigen ini dapat menyegarkan hawa yang tidak dapat lagi menunjang
pembakaran. Antonine laurent lavoiser (1743-1794) jadilah sarjana yang
meletakan dasar ilmu kimia sebagaimana yang kita kenal sekarang.
Berdasarkan penemuan black, cavendish, priestley dan
lain-lainya lovoiser melaksanakan percobaan yg didasarkan pada pertimbangan
bahan-bahan sebelum dan sesudahnya percobaan. Dengan demikian ia mulai
menggunakan pengukuran dalam lapangan kimia dengan kata lain, ia meninggalkan
percobaan yang hanya bersikap kumulatif dan berpinda ke lapangan yang bersifat
kuantitatif.
Di samping perkembangan ilmu kimia, zaman yang sama
ditemukan bermacam-macam mesin tanpa ada dasar ilmunya, melainkan atas dasar
percobaan, misalnya mesin uap, yang kemudian mendasari kereta api,
percobaan-percobaan listrik, dan lain-lainnya, penemuan-penemuan itu semuanya
melandasi revolusi industri terutama di
Inggris, tetapi kemudian juga meluas di seluruh benua Eropa.
Kalau penemuan ilmu kimia dan penemuan mesin-mesin pada
awalnya tidak langsung mempunyai hubungan dengan teori ilmu sebagaimana di
kembangkan oleh Galileo, Descartes, Keppler, Pascal, Newton, dan Leibniz,
perkembangan ilmu setingkat lebih maju daripada apa yang telah di capai oleh
sarjana-sarjana yang tela di sebut tadi.
Percobaan selanjutnya di lakukan oleh J.L Proust
(1754-1826)menegnai atom. Dslam menganalisis oxyda dari berbagai logam, J.L
Proust sampai pada pendapat bahwa perbandingan bahan-bahan yang ikut serta
dalam proses tersebut selalu tetap, demikian pula dengan sulfida dari logam.
Demikian pula dengan jhon Dalton (1766-1844) yang mendapatkan ilham untuk
menetapkan kesatuan, untuk mencari keterangan tentang perbandingan yang selalu
tetap. Dalam hal ini yang di jadikan kesatuan adalah hydrogenium. Berdasarkan penemuan dan ketentuan ini, maka
perbandingan berat hydrogenium lawan atom lain-lainnya di sebut berat atom.
Sejak dalton, teori tentang atom terus dapat di
pergunakan dalam lapangan ilmu kimia, juga oleh Federich Wohler (1800-1882)
unutk menemukan sintesis urea dalam tahun 1828. Pada sekita tahun 1895, Hery
Becquerel (1852-1908), suami istri Curie (1859-1906) dan J.J Thompson (1897)
menemukan radium, logam yang dapat berubah menjadi logam lain, sedangkan
Thompson menemukan elektron. Dengan penemuan itu, runtuhlah pendapat dan
aksioma yang menyatakan bahwa atom adalah bahan terkecil yang tidak dapat
berubah dan yang bersifat kekal. Dengan penemuan ini, mulailah ilmu baru dalam
kerangka kimia-fisika, yaitu fisika nuklir, yanhg pada zaman sekarang dapat
bermacam-macam atom.[15]
Secara singkat ditarik sebuah sejarah singkat ilmu-ilmu
yang lahir pada saat itu. Perkembangan ilmu pada abad ke 18 telah melahirkan ilmu seperti
taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika. Di abad ke 9 lahir semisal
pharmakologi, geofisika, geomorphologi, palaentologi, arkeologi, dan sosiologi.
Abad ke-20 meneganal ilmu teori informasi, logika matematika, mekanika kwantum,
fisika nuklir, kimia nuklir, radiobiologi, oceonografi, antropologi budaya,
psikologi, dan sebagainya.
Sekitar tahun 1900 sampai tahun 1914 terjadi berbagai
perubahan berdsarkan teori kenisbian. Ada teori baru yang mengatakan bahwa ruan
dan waktu tidak lagi berpisah sebagaimana di pahami oleh ahli fisika
sebelumnya. Ruang dan waktu merupakansatu kesatuan mutlak untuk memeriksa dan
menerangkan semua peristiwa.
Perlu di ketahui pula bahwa pada zaman modern ini terjadi
revolusi industri di Inggris, sebagai akibat peralihan masyarakat agraris dan
perdagangan abad pertengahan ke masyarakat industri modern dan perdagangan
maju. Pada abad inilah Jmaes Watt menemukan mesin uap (abad ke-18), alat tenun
dan Inggris menjadi penghasil tekstil terbesar, kemudian diikuti Amerika
Serikat dan Jepang menjadi negara industri.
Setelah abad ke 18 berakhir maka perkembangan ilmu modern
selanjutnya, yaitu pada abad ke 19. Pada abad ini penemuan yang di anggap
sebagai penemuan abad tersebut adalah dengan di temukannya planet Neptunus.
Sedang pada abad 20, secara garis besar terjadi perkembangan yang sangat luas
dalam beberapa bidang ilmia. Misalnya ilmu pasti, ilmu kimia, ilmu fisika,
kimia organik, biokimia, ilmu astronomi, ilmu biologi, dan fisika nuklir. Di
samping ilmu-ilmu yang jelas bersifat kuantitatif tersebut, berkembang pula
ilmu-ilmu yang permulaannya bersifat kualitatif, seperti ekonomi, psikologi,
dan sosiologi. Perkembangan pesat dalam bidang astronomi pada abad 20 ini
seperti di temukannya planet terakhir yaitu pluto (1930) setelah abad
sebelumnya, yaitu abad ke 19 telah menemukan planet neptunus dengan didasari
pada perhitungan yang mengunakan sistem newton. Dalam abad 20 ini, pengetahuan
diperluas. Kalau kalau dalam abad ke 19 tidak dapat di terangkan sumber energi
matahari, sekarang dapat di ketahui bahwa energi tersebut berdasarkan perubahan
atom, yang zaman sekarang jadi tenaga nuklir.
3.
Ilmu Yang Berbasis Rasionalisme dan Empirisme
Dengan bertambah majunya alam pikiran manusia dan makin
berkembangnya cara-cara penyelidikan pada zaman modern ini, manusia dapat
menjawab banyak pertanyaan tanpa mengarang mitos. Menurut A. Comte, dalam
perkembangan manusia, sesudah tahap mitos, manusia berkembang dalam tahap
filsafat. Pada tahap filsafat, rasio sudah terbentuk, tetapi belum di temukan
metode berpikir secara objektif. Rasio sudah mulai dioperasikan, tetapi kurang
objektif. Berbeda dengan pada tahap teologi, pada tahap filsafat ini manusia mencoba
mempergunakan rasionya untuk memahami objek secara dangkal, tetapi objek belum
di masuki secara metodologis yang definitif.
Berkat pengamatan yang sistematis dan kritis, lambat laut
manusia barusaha mencari jawab secara rasional dengan meninggalkan cara yang
rasional. Kaum rasionalis mengembangkan
faham rasionalisme. Dalam menyusun pengetahuan, kaum rasionalisme mengunakan
penalaran deduktif. Penalaran deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum untuk menarik kesimpula yang bersifat khusus.
Penarikan kesimpulan secara deduktif ini menggunkan pola pikir yang disebut
silogisme. Silogisme terdiri atas dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Kedua peryataan di sebut premis mayor dan premis minor
Pengetahuan yang di peroleh berdasarkan penalaran
deduktif ternyata mempunyai kelemahan, maka muncullah pandangan lain yang
berdasarkan pengalaman konkrit. Mereka yang mengembangkan pengetahuan
berdasarkan pengalaman konkret ini di sebut penganut empirisme. Paham empirisme
menganggap bahwa pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang di peroleh
langsung dari pengalaman konkrit dan dapat di tangkap dengan panca indra
manusia. Dengan pertolongan pancaindranya, manusia berhasil menghimpun sangat
banyak pengetahuan.
Penganut empirisme menyusun pengetahuan dengan
menggunakan penalaran induktif. Penalaran induktif ialah cara berfikir dengan
menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejalah-gejalah yang bersifat
khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, aluminium, tembaga, dan
sebagainya, jiak di panasi teryata menunjukan bertambah panjang. Dari sini
dapat di simpulkan secara umum bahwa logam jika dipanasi akan bertambah
panjang.
4.
Perkembangan Filsafat Pada Zaman Modern
Pada zaman modern filsafat dari berbagai aliran muncul.
Pada dasarnya corak keseluruan filsafat modern itu mengambil warna filsafat
sufisme yunani, sedikit pengecualian pada kant. Paham-paham yang muncul dalam
garis besarnya adalah rasionalisme, idealisme, dan empirisme. Dan paham yang
merupakan pecahan dari aliran itu. Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal
itulah alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga toko
penting pendukung rasionalisme ini, yaitu Descarte, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan paham idealisme mengajarkan bahwa hakikat fisik
adalah jiwa, spirit. Ide ini merupakan ide plato yang memberikan jalan untuk
mempelajari faham idealisme zaman modern. Para pengikut aliran ini pada umumnya
, sumber filsafatnya mengikuti filsafat kritismenya Immanuel kant. Fitche
(1770-1831) yang di juluki sebgai penganut idealisme subjek merupakan murid
kant. Sedang scelling, filsafatnya dikenal dengan filsafat idealisme objektif.
Kedua idealisme ini lalu disentesiskan dalam filsafat idealisme mutlaknya Hagel
(1770-1831).[16]
Pada paham empirisme dinyatakan bahwa tidak ada sesuatu
dalam pikiran kita selain di dahului oleh pengalaman. Paham ini bertolak
belakang dengan paham rasionalisme. Mereka menentang pendapat para penganut
rasionalisme yang berdasarkan atas kepatian-kepastian yang bersifat a priori.
Pelopor aliran ini adalah Francis Bacon, kemudian dikembangkan oleh Thomas
Hobbes, John Lock, dan David Hume.
D. Kemajuan
Ilmu Zaman Kontemporer
Perkembangan dan kemajuan peradapan tidak bisa dilepaskan
dari peran ilmuan. Bahkan perubahan perubahan pola hidup manusi dari waktu ke
waktusesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan dan perkembangan
ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai
periodesasi sejarah perkembangan ilmu
sejak dari zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern, dan zaman konteporer.
Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah
ibarat mata rantai yang tidak terputus satu sama lain. Hal-hal baru di temukan
pada suatu masa menjadi unsur penting bagi penemuan-penemuan lain di masa
berikutnya. Demikianlah semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat
sejarah perkembangan ilmu zaman kontemporer, tidak lain adalah mengamati
pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu
sebenarnya.
Yang di maksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini
adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani hingga saat ini sekarang. Hal
yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman modern dengan zaman
kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah erah perkembangan ilmu yang
berawal sejak sekitar abad ke 15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan
sorotannya pada berbagai perkembangan
terakhir yang terjadi hingga saat sekarang.
Akan kita lihat terlebih dahulu secara sederhana potret
ilmu modern yang melahirkan hal-hal radikal yang mebedakannya dengan ilmu di
zaman pertengahan dan klasik. Zaman modern misalnya, dalam banyak hal melakukan
dekonstruksi terhadap teori-teori yang di anggap established (mapan) pada masa
pertengahan atau pada zaman klasik. Setidaknya dua contoh yang sangat menonjol
bisa di kemukakan di sini. Pertama,
pendapat yang di kemukakan oleh Copernicus (1473-1534) tentang teori
heliosentrime, bahwa matahari adalah pusat tata surya dan planet-planet
termasuk bumi berputar meneglilingi matahari. Teori ini jelas-jelas bertentangan
dengan pendapat yang di terima secara umum manusia saat itu, yaitu geosentrium
yang menyatahkan bahwa bumi lah yang menjadi pusat tata surya.
Kedua, metode induktif
yang di perkenalkan Oleh Francis Bacon (1560-1626). Ia telah memberi sumbangan
yang penting dalam menembus metode berpikir deduktif yang penggunaannya secara
berlebihan telah menyebabkan dunia keilmuan mengalami kemancetan. Francis Bacon
menekankan untuk mendasarkan semua pengetahuan dan ilmu atas dasar pengalaman.
Ia mengajurkan agar para sarjana, dalam menyusun ilmu mengumpulkan sebanyak
fakta pengalaman untuk selanjutnya di analisis.[17]
Satu hal yang tak sulit untuk di sepakati, bahwa hampir
semua sisi kehidupan manusia modern telah di sentuh oleh berbagai efek
perkembangan ilmu dan teknologi. Sektor ekonomi, politik, pertahanan dan
keamanan, sosial dan budaya, transportasi, komunikasih, kesehatan dan
lain-lain. Begitulah perkembangan ilmu di zaman kontemporer meliputi hampir
semua bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi,
antropologi, psikologi, ekonomi, hukum dan politik dll.
Contoh perkembangan ilmu kontemporer :
a.
Santri, Priyayi, dan Abangan
Dalam kajian ilmu sosial agama di indonesia, penelitian
Clifford Geertz yang dalam versi aslinya berjudul The Religion of Java
merupakan satu bahasan yang menarik. Penelitian serius Geertz tersebut lebih
banyak dipopulerkan sebagai kerangka tipologisasi keberagaman masyarakat jawa
menjadi santri, abangan, dan priyayi.
Arti penting karya Geertz The Religion of Java adalah
sumbangannya terhadap pengetahuan kita mengenai sistem-sistem simbol, yaitu
bagaimana hubungan antar struktur yang ada dalam suatu masyarakat dengan
pengorganisasian dan perwujudan simbol-simbol, dan bagaimana para angota
masyarakat mewujudkan adanya integrasi dan disintegrasi dengan cara
mengorganisasi dan mewujudkan simbol tertentu, sehingga perbedaan yang nampak di antara
struktur sosial yang ada dalam masyarakat tersebut hanyalah bersifat
komplementer.
Tiga lingkungan yang berbeda (yaitu pedesaan, pasar, dan
kantor pemerintah) yang di berangi dengan latar belakang sejarah kebudayaan
yang berbeda (yang berkaitan dengan masuknya agama serta peradapan hindu dan
islam di jawa) telah mewujudkan adanya abangan (yang menekankan pentingnya
animistik), santri (yang menekankan aspek-aspek islam), dan priyayi (yang
menekankan aspek-aspek hindu). Perwujudan citra agama masing-masing struktur
sosial adalah pesta-pesta ritual yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
menghalau berbagai makhluk halus jahat yang di anggap sebagai penyebab dari
ketidak teraturan dan kesengsaraan dalam masyarakat, agar ekuilibrium dalam
masyarakat dapat di capai kembali (Abangan), penekanan pada tindakan-tindakan
keagamaan dan upacara-upacara sebagaimana di gariskan dalam islam (santri), dan
suatu kompleks keagamaan yang menekankan pada pentingnya hakikat halus sebagai
lawan dari kasar (kasar di anggap sebagai ciri-ciri abangan), yang
perwujudannya tampak dalam berbagai sistem simbol yang berkaitan dengan etika,
tari-tarian dan berbagai bentuk kesenian, bahasa, dan pakaian (priyayi).
Abangan, santri, dan priyayi yang walaupun masing-masing
merupakan struktur yang berlainan, tetapi masing-masing saling melengkapi satu
sama lainnya dalam mewujudkan adanya sistem sosial
di usahakan untuk di perlihatkan dalam bukunya the region of java, yaitu agama
bukan hanya memainkan peranan bagi terwujudnya integrasi tetapi juga memainkan
peranan pemecah belah dalam masyarakat.
b. Teknologi
rekayasa genetika
Salah satu
bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat masyhur adalah di bidang
rekayasa genetika berupa teknologi cloning teknologi ini pertama kali di
lakukan oleh Dr. gurdon dari medical research council laboratory of molecular
biology, Universitas Cambridge, inggris tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi
telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong yang identic (kecebong
cloning).
Tiga
puluh dua tahun setelah itu, tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil mengkloning
embrio manusia dengan teknik pembelahan (nembrio splitting technique). Dan
banyk lagi ilmuan-ilmuan yang mengembangkan teknik cloning terutama pada hewan
seperti yang di lakukan pada domba Dolly.
Begitulah
teknik rekayasa genetika berkembang dari waktu ke waktu. Dan setelah berbagai
keberhasilan teknik cloning yang pernah di lakukan.
c. Teknologi
Informasi
Pada tahun 1937,
seorang insinyur Amerika merancang IBM Mark 7, yang merupakan nenek moyang
computer Mainframe saat ini dan computer elektronik pertama yang sukses secara
komersial adalah UNIVAC dan inilah awal dari kecenderungan untuk membuat
computer yang lebih kecil dan lebih cepat.
Computer telah
mengubah wajah peradaban barat modern secara drastis sejak tahun 80-an. Pada
awalnya computer di kenal sebagai otak elektronis yang mampu melakukan
bermacam-macam kegiatan dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Demikian
teknologi computer terus berkembang dan melahirkan inovasi. Computer juga tidak
saja menjadi alat pengolahan data tetapi juga memasuki wilayah komunikasi
interaktif dalam bentuk internet. Untuk itu, Departemen pertahanan Amerika
Serikat melalui DARPA, bekerja sama dengan beberapa universitas membentuk
ARPANET. Namun pada perkembangan selanjutnya, banyak universitas didaerah
tersebut ingin bergabung, sehingga diputuskan untuk mengklasifiksinya menjadi
dua bagian, yaitu sistim jaringan untuk militer dan nonmiliter.gabungan
keduanya di sebut DARPA internet yang akhirnya di kenal saat ini.
Begitulah
internet terus di kembangkan hingga saat ini dengan berbagai fasilitas yang
terdapat di dalamnya.
d. Teori
Partikel Elementer
Selama
lebih dari 2500 tahun manusia mencari misteri, salah satu bentuk penasaran itu
di salurkan dengan mencari tahu partikel apa yang paling kecil dari susunan
materi. Pada abad ke 5 SM filosof yunani menemukan bahwa semua jenis materi
dapat di pecah menjadi partikel kecil yang di sebut atom. Setiap kali lahir
teori fisika atom, akan muncul serangkai percobaan yang di kemudian hari bias
menghasilkan teori baru, dan teori baru tersebut bias juga menentang teori yang
lama dan bias bersifat menguatkan.
Sebagaimana
di kemukakan di atas, di zaman kontemporer ini, hamper seluruh aspek kehidupan
manusia mendapat sentuhan efek kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi.
Bukan hanya dalam bentuk teknologi rekayasa genetika, teknologi infirmasi dan
internet, atau tentang teori partikel elementer, tapi juga dalam bidang lainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan tentang Abad modern ,maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Periode
filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban
manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari
mitosentris menjadi logosentris.Pola pikir mitrosentris adalah pola pikir
masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam,
seperti gempa bumi dan pelangi.
2. Sejak
awal kelahirannya, islam sudah memberikan penghargaan yang begitu besar kepada
ilmu. Sebagaimana sudah diketahui, Nabi Muhammad SAW.Ketika diutus oleh Allah
sebagai rasul, mengubah masyarakat Arab jahiliya menjadi masyarakat yang
berilmu dan beradab.
3. Renainsans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung
arti bagi perkembangan ilmu. Dan zaman modern merupakan zaman ilmu yang sudah
sangat berkembang pesat.
4. zaman
kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir yang kita jalani
hingga saat ini sekarang.
B. Saran
Dengan ucapan Alhamdulillah, demikian makalah”SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU” ini kami
buat. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dan jauh dari hal sempurnah.
Penulis berharap kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar
menjadikan motivasi bagi penulis untuk bisa lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amsal
Bahtiar, 2014, Filsafat Ilmu,
Jakarta: Rajawali Pers.
[1] Ahmad Tafsir, filsafat umum,
bandung. Remaja Rosda Karya, 1992, cet 2 hlm 4 dalam Amsal Bahtiar, 2014,
Filsafat Ilmu, Jakarta, rajawali Press hlm 24
[2] K.
bartens, sejrah Filsafat Yunani, Yogyakarta: Kanisius,1981, hlm 29 dalam Ibid
[3] Al
Alaq : 96 ayat 1
[4] M.
Quraissihab, wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudhu’I atas berbagai persoalan umat,
Bandung Mizan, 2001 cet 12 hlm 433 dalam ibid
[5]
Majid fakhry, a history of islami philosophy, new york Columbia University
Press 1970 hlm 45 dalam ibid
[6]
Syeed ameer ali, the spirit of islam : history of the evolution and ideals of
islam, London : Kristphers, 1955, hlm 370 dalam ibid
[7]
C.A. Qadir, filsafat, hlm. 37-38 dalam ibid.
[8]
Ibid C.A. Qadirhlm 39-40 dalam ibid.
[9]
Ibrahim matkoer, filsafat hal 120-121 dalam ibid.
[10]
C.A. qadir, hlm 130, dalam ibid.
[11]
Hasan sadili, nsiklopedi Indonesia, Jakarta: iqtiar baru fanhoeve, 1984, hlm
2880, dalam ibid.
[12]
Rizal mustanser, filsafat ilmu, hlm 71, dalam ibid.
[13]
Slamet imam santoso, sejarah hlm 71, dalam ibid.
[14]
Ibid, hlm 78, dalam ibid.
[15]
Ibid, hlm 104, dalam ibid.
[16]
Rizal mustansir, filsafat, hlm 84, dalam ibid.
[17]
Jujun s. suriya sumantri, ilmu dalam perspektif, Jakarta: yayasan obor
Indonesia, 1994, hlm 89, dalam ibid.
Komentar
Posting Komentar