DEWASA MADYA MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

 

DEWASA MADYA

 MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Perkembangan

Dosen Pengampu: Dra. Hj. Siti Latifatus Sun’iyah M.Ag., M.Pd.I.

 



 

 

OLEH :

AKHIRUN NADIYA

HASNA FIRDANIA

NADHIFATUL KHOIRI

 

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN

TAHUN 2016

 


 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur pada Allah yang Maha Esa yang telah memberikan kami nikmat yang banyak sehingga kami mampu menyusun makalah “DEWASA MADYA  ini.

Makalah kami kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah PSIKOLOGI PERKEMBANGAN, dalam penyusunan makalah ini kami berusaha untuk  dapat menyelesaikan sebaik-baiknya dan kami juga berterimakasih kepada banyak pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, jika dalam makalah ini terdapat kesalahan kata maupun penulisan kami minta kritik dan saranya sehingga kami dapat memperbaikinya di lain kesempatan.

 

 

 

 

 

Sukodadi, 15 Desember 2016

Penulis

 

 

 


DAFTAR ISI

 

KATA PENGANTAR  ……………………………….................…………………………….…...i

DAFTAR ISI ………………………………………………................……………….…………..ii

BAB I PENDAHULUAN. …………………………………................………………….….…….1

A.    Latar Belakang...……………………………………………...........................…………………....1

B.     Rumusan Masalah..……………………………………………....……….…................……......1

C.     Tujuan ..…………………………………………………………...............…….....…….…....1

BAB II PEMBAHASAN ..…………..…………………..………………...….…...............,.………2

A.    Perkembangan Fisik…..............………..……………………………………...............….......……..2

B.     Perkembangan Kognitif…..…..……………………...………………...............…….......….3

C.     Perkembangan Psikososial.……...….…...……..………………………...............…......………..5

BAB III PENUTUP. ………………………………………………………...........……….…….......6

A.    Kesimpulan.………………………………………………...……………...............……........….......6

B.     Saran ………………………………………………………………….……................……..........6

DAFTAR PUSTAKA  ………………………...……………………………….…….....................….7


 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai usia antara 40-60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya di tandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Oleh karena usia madya merupakan priode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi menjadi dua subbagian, yaitu: usia madya dini yaitu usia 40 hingga usia 50 tahun dan usia madya lanjut yaitu usia 50 hingga 60 tahun.

B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Perkembangan Fisik?

2.      Bagaimana Perkembangan Kognitif?

3.      Bagaimana Perkembangan Psikososial?

C.     Tujuan Pembahasan

1.      Untuk Mengetahui Perkembangan Fisik.

2.      Untuk Mengetahui Perkembangan Kognitif.

3.      Untuk Mengetahui Perkembangan Psikososial.


 

BAB II

PEMBAHASAN

1.             Perkembangan Fisik

Salah satu dari sekian banyak penyesuaian yang sulit ketika pria dan wanita berusia madya harus lakukan adalah dalam merubah penampilan. Mereka harus menyadari bahwa fisik mereka sudah tidak mampu berfungsi lagi sama seperti  sediakala pada saat mereka kuat dan bahkan beberapa organ-organ tertentu tubuh yang vital sudah “aus”. mereka yang berusia madya  harus dapat menerima kenyataan bahwa kemampuan reproduksinya sudah berkurang atau akan berakhir, dan bahkan mereka akan kehilangan dorongan seks serta daya tarik seksual.

Prubahan diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang semakin di intensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting bagi seseorang yang berusia madya adalah harus menyesuaikan diri. Seperti di bawah ini.

Perubahan dalam Penampilan

Seperti yang telah diketahui, sejak remaja dini, penampilan seseorang memegag peranan yang sangat penting terutama dalam penilaian sosial, sambutan sosial dan kepemimpinan. Mereka yang berusia madya memberontak terhadap penilaian status tersebut yang mereka takuti ketika penampilan mereka menurun. Bagi pria, terdapat kesulitan tambahan dalam berlomba dengan orang-orang yang lebih muda, yang lebih kuat, lebih berenergik, yang lebih cenderung untuk menilai kemampuanya dalam mempertahankan pekerjaanya dalam kaitanya dengan penampilan. Namun baik bagi pria atau wanita dalam berusia madya selalu terdapat ketakutan bahwa pada usia madyanya akan menghambat kemampuan untuk mempertahankan pasangan mereka, ataupun mengurangi daya tarik terhadap lawan jenisnya.

Sebagai kebiasaan umum, kaum pria pada budayanya kita memperhatikan tanda-tanda ketuaan lebih cepat daripada wanita. Hal ini mungkin dapat dijelaskan oleh kenyataan, bahwa kaum wanita yang menyadari seberapa jauh daya tariknya terhadap kaum pria bergantung pada penampilan fisik sehinga secara daya tarik tersebut hilang oleh adanya tanda-tanda mencapai usia madya.

Tanda menurun juga cenderung menjadi lebih jelas dikalangan kelompok-kelompok sosio-ekonomis. Pada umumnya, pria dan wanita dari kelompok sosio-ekonomi yang lebih tinggi, nampak lebih muda dari usia yang sebenarnya, sedangkan mereka yang berasal dari kelompok sosio-ekonomi rendah nampak lebih tua daripada usia yang sebenarnya. Hal ini mungkin sebagian dijelaskan oleh kenyataan bahwa mereka yang dari kelompok lebih beruntung, kurang bekerja, mengeluarkan lebih sedikit energy dan lebih banyak makan daripada mereka yang harus mencari hidup dengan kerja tangan yang kasar. Lebih jauh lagi mereka yang berasal dari kelompok yang kurang beruntung tidak mampu menambah dan mendapat alat kecantikan dan pakaian yang bagus yang menutupi tanda-tanda ketuaan mereka.

Perubahan dalam Kemampuan Indera

Deteorisasi bertahap dari kemampuan indera mulai pada usia madya. Perubahan yang paling merepotkan, nampak terdapat pada mata dan telinga. Purubahan fungsional dan generatif pada mata berakibat mengecilnya bundaran kecil pada anak mata, berkurangnya ketajaman mata dan akhirnya cenderung menjadi glukoma, katarak dan tumor. Kebanyakan orang yang berusa madya menderita presbiopi atau kesulitan melihat sesuatu dari jarak jahu, yaitu kehilangan berangsur-angsur akomodasi lensa mata sebagai akibat dari menurunya elastisitas lensa mata. Antara umur 0-50 tahunan  daya akomondas lensa mata bisanya tidak mampu untuk melihat dengan jarak dekat sehingga yang bersangkutan terpaksa harus memakai kaca mata.

Kemmapuan mendengar ternyata juga melemah, akibatnya mereka yang berusia madya selalu harus mendengarkan sesuatu secara lebih sungguh-sungguh daripada yang mereka lakukan pada masa lalu. Mula-mula kepekaan terhadap nada tinggi menjadi berkurang, kemudian diikuti dengan menurunya secara drastis sesuai dengan meningkatnya usia. Oleh karena itu kehilangan pendengaran, maka mereka yang berusia madya mulai berbicara dengan keras dan sering menonton.

Disamping menurunya pendengaran dan pengelihatan juga terjadi pula penurunan daya cium dan rasa. Hal ini terutama terjadi pada pria. Alasannya ialah rambut hidung mereka bertambah, sehingga mempengaruhi rangsangan daya cium untuk menembus organ-organ indra penciuman yang terletak pada batang hidung. Oleh karena rasa sangat tergantung pada kemampuan membau, indera inipun menjadi semakin lemah dengan meningkatnya usia.

Perubahan Pada Keberfungsian Fisiologis

Perubahan-perubahan tubuh pada bagian luar terjadi bebarengan dengan perubahan-perubahan pada organ-organ dalam tubuh dan keberfungsiannya. Perubahan ini, pada sebagian besar bagian tubuh, langsuung atau tidak langsung di akibatkan perubahan jaringan tubuh. Seperti gelang karet yang tua, dinding saluran ateri menjadi rapuh dengan bertambahnya usia. Keadaan tersebut bisa menimbulkan kesulitan sirkulasi. Meningkatnya tekanan darah, khusunya pada orang gemuk dapat menyebabkan komplikasi jantung.

Fungsi kelenjar tubuh menjadi lembab, pori-pori dan kelenjar-kelenjar pada kulit yang membersihkan kulit dari kotoran menjadi lebih pelan, sehingga bau badan bertambah. Berbagai kelenjar yang dihubungkan dengan proses pencernaan berfungsi lebih lambat, sehingga mengalami masalah karena pencernaan lebih sering bekerja.

Kesulitan makin bertambah karena banyak orang usia madya menggunakan gigi palsu, yang justru menambah kesulitan mengunyah, selain itu, beberapa orang usia madya memperbaiki kebiasaan makan mereka sesuai dengan semakin lambannya kegiatan mereka. Keadaaan ini kelihatannya menambah, keterbatasan fungsi sistem penurunan. Akibatnya konstipasi sering terjadi pada orang usia madya.

Perubahan Pada Kesehatan

Usia madya ditandai dengan menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya kesehatan. Dimulai dari pertengahan usia empat puluh tahunan. Terdapat peningkatan ketidakmampuan  dan ketidak bisaan yang berlangsung dengan cepat., dan seterusnya. Masalah kesehatan secara umum pada usia madya mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telinga berdengung, sakit pada otot, kepekaan kulit, pusing-pusing biasa, sakit pada lambung (konstipasi, asam lambung, dan sendawa), kehilangan selera makan, serta insomnia.

Bagaimana usia madya mempengaruhi kesehatan individu, tergantung pada banyak factor, seperti factor keturunan, riwayat kesehatan masa lampau, tekanan emosi dalam hidup, dan kemauan untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup untuk mengubah kondisi jasmani. Misalnya orang yang agresif dan ambisi mungkin dapat mengelak dari permasalahan kesehatan selama masa dewasa dini, akan tetapi pada usia empat puluh tahun mereka tampaknya lebih banyak yang mengalami serangan jantung dari pada mereka yang relative santai dan melakuakn lebih sedikit pekerjaan.

Perubahan Seksual

Sejauh ini penyesuaian fisik yang paling sulit dilakukan oleh pria maupun wanita pada usia madya terdapat pada perubahan-perubahan pada kemampuan seksual mereka. Wanita memasuki masa menopause, atau perubahan hidup, di mana masa menstruasi berhenti, dan mereka kehilangan kemampuan memelihara anak. Sedangkan pria mengalami masa klimakterik pria.

Menopause dan klimakterik, keduanya banyak diliputi dengan misteri bagi kebanyakan pria dan wanita. Dan disini terdapat berbagai kepercayaan teradisional, yang membuat orang semakin merasa takut dalam memasuki masa tersebut dalam kehidupan mereka ketika perubahan-perubahan fisik ini terjadi. Masa-masa ketika wanita mengalami masa menopause ini, misalnya sering disebut sebagai “masa kritis”. Sekarang sudah banyak diketahui tentang penyebab dan akibat dari perubahan seksual yang terjadi selama usia madya, dari pada waktu lampau. Selanjutnya terdapat fakta yang berkembang bahwa perubahan tersebut merupakan bagian yang normal dari pola kehidupan dan juga diketahui bahwa perubahan-perubahan psikologis selama usia madya lebih merupakan akibat dari tekanan emosional dari pada gangguan fisik. Keadaan ini berlaku, baik pada pria maupun wanita.

Perubahan seksual pada wanita perubahan tubuh dan emosi secara umum terjadi pada saat menopause, tapi tidak selalu disebabkan atau berhubungan dengan keadaan tersebut. Berhentinya menstruasi hanya merupakan salah satu aspek dari menopause. Umur rata-rata seseorang di mana menstruasi berhenti terjad pada sekitar usia 49 tahun. Walaupun demmikian keadaan ini sangat bervariasi pada waita, tergantung pada factor keturunan, kondisi umum kesehatan, dan variasi iklim. Terdapat fakta walupun menyimpang dari kesimpulaan saat ini, bahwa merokok terutama jika terlalu banyak juga dapat menyebabkan menopause datang lebih awal. Masa menopause dianggap berhenti apabila tidak terjadi menstruasi selama setahun.

Sintom priode di mana interaksi endokrin seiring dengan menurunya fungsi ovarium. Tanda-tanda akan kelihatan pada gejala fisik. Keadaan ini merupakan akibat dari deprivasi estrogen yang berasal dari menurunya fungsi ovari. Dan lagi Simtom lainya memang sebagian disebabkan oleh deprivasi estrogen, tetapi terutama oleh tekanan lingkungan, yang sebenarnya merupakan masalah psikologis.

Adapun ciri-ciri sindrom menopause pada wanita sebagai berikut:

1.      Menstruasi berhenti

2.      Sistem reproduksi menurun dan berhenti

3.      Penampilan Kewanitaan Menurun

4.      Ketidaknyamanan Fisik

5.      Berat Badan Bertambah

6.      Perubahan Kepribadaian

Perubahan Seksual Pada Pria Klimakterik pada pria sangat berbeda dengan menopause pada waita klimakterik biasanya datang pada usia 60 atau 70 tahunan, dan berjalan sangat lambat. Walaupun klimakterik pada pra sebenarnya lebih banyak terjadi pada priode usia lanjut dari pada usia madya, akan tetapi banyak juga pria pada usia 40-50 yang memiliki gejala yang serupa dengan yang terjadi pada wanita pada saat mereka  mengalami menopause. Keadaan ini terjadi tanpa adanya perubahan organic yang dapat dibuktikan, sehingga sebenarnya lebih merupakan perubahan emosional atau sosial dari pada mental. Kejadian ini merupakan akibat dari tekanan-tekanan pekerjaan, masyarakat atau keluarga, dan fakta bahwa kejadian tersebut tidak disembuhkan dengan terapi testosterone, dapat dianggap sebai bukti asal-usul psikologis mereka.

Walaupun demikian, terdapat bukti bahwa pria mengalami sindrom klimakterik selama usia madya, seperti yang dialami oleh wanita. Laer berkata, “Sinrom klimakterik merupakan gugusan dari tanda-tanda psikologis, konstitusional, dan psikologis ang tejadi pad pria berusia sekitar 45-60 tahun, sesuai dengan perubahan hormonal dan sering kali lebih menyerupai sindrom klimakterik pada wanita”.

Adapun ciri-ciri klimakterik pada pria sebagai berikut:

1.      Rusaknya Fungsi Organ Seksual

2.      Nafsu Seksual Menurun

3.      Penampilan Kelelakian Menurun

4.      Gelisa Akan Kepriaannya

5.      Ketidaknyamanan Fisik

6.      Menurunya Kekuatan dan Daya Tahan Tubuh

7.      Perubahan Kepribadian

2.             Perkembangan Kognitif

3.             Perkembangan Psikososial

Bahaya Personal dan Sosial Bagi Orang yang Usia Madya

Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar bagi mereka yang berusia madya timbul kecenderungnan untuk menerima pendapat umum klise tentang kebudayaan bahwa orang berusia madya biasanya gemuk dan mulai botak. Karena kurangnya informasi ilmiah tentang usia madya, banyak kepercayaan tradisional dan budaya klise tetap dipegang. Akibatnya, perilaku mereka menjadi serius.

Akan tetapi, selama penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial dapat diterma kepercayaan tradisonal tersebut dan budaya yang klise tersebut, orang tidak semata-mata mengartikan hal tersebut sebagai bahaya saja. Beberapa bahaya sosial dan pribadi dianggap penting sehingga orang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, khususnya penduduk Amerika yang berusia madya yang akan dibahas pada uraian ini.

Bahaya Personal

Ada beberapa bahaya personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari itu semua, ada enam macam yang dianggap umum dan serius.

Diterimanya Kepercayaan Tradisional Diteriamanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Seseoarang yang mengalam menopaus misalnya, sering disebut seagai “masa kritis”, kepercayaan yang seperti ini akan menambah rasa takut yang tidak menentu.[1]

Idealisasi Anak Muda Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pegelompokan usia dalam pola prilaku umum. Seseoarng pria mungkina akna menolak untuk patuh mengikuti resep dokter tentang diet atau akan menolak untuk membatasi kegiatan walaupun dengan alasan demi kesehatan. Seperti anak menjelang akil baliq, mereka juga tidak mau dibatasi prilakunya. Begitu juga orang yang berusia madya, mereka juga tidak mau dibatasi prilaku dan kegiatanya, tetapi masing-masing dari contoh mempunyai alasan yang berbeda. Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dank arena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka tumbuh menjadi lebih tua.[2]

Perubahan Peran Mengubah peran bukanlah masalah yang mudah, terutama setelah seseorang telah memainkan peran tertentu selama priode waktu yang relative lama dan telah belajar memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut, dapat dikataan bahwa terlalu berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses penyesuaian terhadap peran lain akan menadi sulit.

Begitu juga seseorang yang telah memainkan peran dengan tinngkat lebih sempit dapat mengakibatkan ia kurang luwes dari pada merka yang perna memainkan peran yang berbeda. Orang yang perna mempunyai kesempatan untuk memainkan banyak peran biasanya akan lebih mudah untuk menyesuaikan diri dengan peran baru. Untuk dapat menysaiakan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan oleh Havighurst: “menghilagkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan memanfaatkanya pada kesempatan yang lain”.[3]

Perubahan Keinginan dan Minat bahaya besar dalam penyesuaian diiri seseorang pada masa usia madya timbul karna ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik. Mencari dan mengembangkan keinginan baru sebagai penganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti mereka harus  mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi waktu yang begitu banyak.

Simbol Status pada umumya wanita semakin tua semakin tertarik pada simbol status, yang dianggap sebagai ciri-ciri umum, yang dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial, apabila keluarga tidak berusaha untuk mencapai atau memiliki simbol yang diinginkan. Dalam kasus seperti ini ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat membutuhkan simbol tersebut. Pertama dia kan mengelu dan akan mengomeli suaminya yang tidak dapat menyediakan uang cukup untuk memperoleh status tersebut. Kedua, dia akan bersifat boros dan menjerumuskan keluarganya dengan melakukan utang. Ketiga, dia bisa juga berbuat sesuatu dengan kerja misalnya agar menmpunyai uang cukup demi mencukupi kebutuhanya. Semua pola respon tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seseoranguntuk memperoleh simbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga, terutama perilaku yang ketiga tadi yang menjadikan banyak pria menjawab dan bersifat tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh.

Aspirasi yang tidak Realistis orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam persoalan penyesuaian diri dan soaial. Sikap tidak realistis ini sering merupakan factor bawaan sejak masa remaja. Bahaya ini merupakan efek langsung bagi pria, sedang bagi wanita ini merupakan efek tidak langsung apabila suaminya gagal atau tidak mampu untuk mencapai cita-cita yang diinginkan.

Walapun wanita cenderung mempunyai aspirasi yang lebih realistis dari pad apria, ia mungkin sadar bahwa tidak mungkin untuk mencapai cita-citanya karena waktu terlalu begitu cepat. Kegagalan untuk mencapai setiap cita-cita dan keinginan menimbulkan perasaan tidak enak dan rendah diri, yaitu perasaan yang biasanya dapat mengakibatkan kegagalan yang semakin parah.

Bagi seseorang yang mengalami perasaan gagal dalam berbagai hal sehingga merasa begitu ruwet, akan meniadakan dan mengalahkan perilaku positif apapun yang ia kerjakan. Akibatnya, ia akan mempunyai prestasi rendah, bahkan lebih rendah dari prestasi normalnya.

Bahaya Sosial

Penyesuaian sosial dalam usia ini kurang begitu dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional dan stereotype dibandingkan dengan penyesuaian sosial. Namun bagaimanapun juga enyesuaian sosial sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisoanal, seperti pepatah yang mengatakan ”Kamu tidak dapat mengajarkan pelajaran baru pada anjing tua,” atau “sekali pemimpin tetap pemimpin” jadi bila sesorang yang pada masa mudanya bukan seorang pemimpin, maka dimasa tuanya merasa bahwa ia tidak ada harapan untuk berperan sebagai pemimpin yang baik dalam lingkungan pekerjaan atau lingkungan sosial.

Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian soaial pada masa usia madya. Kondisi-kondisi tersebut umumnya dibawa bertahap sejak seseorang masih muda, terutama pada waktu sesorang berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya mengapa orang pada usia mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian sosial dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja.

Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan bahaya, semakin bertama usia seseorang maka ia akan semakin bergantung kepada orang lain, terutama orang yang suami atau istrinya telah mennggal, sedang anak-anaknya sibuk dengan keluarganya masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat mengikuti perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial serta tanggung jawab sebagai warga Negara dimasa tuanya hidupnya akan merasa kesebian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses penyesuaian soaialnya.



[1] Parker, E. The seven ages of women. Balitimore, Md.: Jhons Hopkind Press, 1960.

[2] Steincrohn, P. J. Exercise after 40? Foget it. In C. B. Vedder (Ed). Problems of the middle-aged. Springfield, III.: Charles C Thomas, 1965. Pp. 18-24.

[3] Havighurst, R. J. Body, self, and society. Sociology & Social Rearch, 1965, 49, 261-267.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Perkembangan Ilmu

Pemikiran Kalam Ulama Modern

Konteks Pendidikan Luar Sekolah